Denpasar (bisnisbali.com) –Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Bali pada April 2023 lebih tinggi dibandingkan kredit. Kondisi pandemi Covid-19 masih berdampak bagi perekonomian Bali dan memberikan scarring effect bagi perbankan dalam penyaluran kredit. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali Nusra mencatat penghimpunan DPK mencapai Rp148,20 triliun atau tumbuh double digit yaitu 24,84 persen yoy tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,41 persen yoy.
Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusra, Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar mengatakan pertumbuhan DPK April 2023 juga lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2023 yang tumbuh sebesar 22,86 persen yoy. Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK ditopang oleh kenaikan tabungan dan giro. “Fungsi intermediasi posisi April 2023 sedikit turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) turun dari 68,06 persen menjadi 67,28 persen,” katanya.
Hal tersebut disebabkan pertumbuhan kredit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Di sisi lain, rasio likuiditas (Cash Ratio) dan permodalan (Capital Adequacy Ratio) BPR di Bali masih solid dan terjaga di atas threshold masing-masing sebesar 14,24 persen dan 35,98 persen.
Menurutnya, risiko penyaluran kredit perbankan mengalami penurunan tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross menurun dari 3,51 persen pada April 2022 menjadi 3,36 persen. Demikian juga rasio Loan at Risk (LaR) yang terus mengalami penurunan menjadi 29,39 persen dari sebelumnya 39,72 persen pada April 2022.
Untuk itu, OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko. Secara keseluruhan, Kristrianti mengungkapkan, kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bali posisi April 2023 tetap terjaga, tercermin dari fungsi intermediasi berjalan baik. Likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai, rasio Loan at Risk (LaR) terus mengalami penurunan.
Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada rasio CAR BPR dan juga likuiditas BPR terjaga di atas threshold. Data sektor perbankan menunjukkan adanya pertumbuhan pada penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK perbankan di Bali. Penyaluran kredit mencapai Rp99,71 triliun atau tumbuh 3,27 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,14 persen yoy. “Pertumbuhan kredit bank umum di Bali sebesar 3,25 persen yoy, sedikit lebih lambat dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 3,42 persen yoy,” paparnya.
Sedangkan pertumbuhan kredit BPR pada April mencapai 3,40 persen yoy, atau lebih lambat dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 3,74 persen yoy. Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yoy didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan investasi, yang masing-masing tumbuh 3,37 persen yoy dan 4,49 persen yoy.
“Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal peyaluran di sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh 1,71 persen yoy serta sektor penerima kredit bukan lapangan usaha tumbuh 2,09 persen yoy,” imbuhnya.
Berdasarkan kategori debitur, sebesar 52,26 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 4,94 persen yoy. Peningkatan penyaluran kredit secara yoy ini selaras dengan kebijakan pelonggaran aktifitas masyarakat dan meningkatnya aktivitas pariwisata serta sektor pendukung pariwisata di Bali.*dik