Denpasar (bisnisbali.com) – Untuk wilayah Bali Nusra, inflasi pada April 2023 dapat dikatakan relatif terkendali dengan baik. Namun perlu dicermati, mengingat inflasi tahunan Bali Nusra masih lebih tinggi dari inflasi nasional. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti belum lama ini menyampaikan, inflasi di wilayah Bali Nusra pada April 2023 tercatat sebesar 4,56 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang mencapai 4,33 persen (yoy). “Selain itu, risiko inflasi di Bali Nusra tetap perlu mendapat perhatian karena masih belum pulihnya kapasitas produksi termasuk di sektor akmamin dan juga masih tingginya curah hujan,” katanya.
Untuk itu, program unggulan yang diusung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Bali Nusra 2023 difokuskan pada tiga area. Pertama, penguatan kelembagaan antara lain melalui komitmen Perumda pangan se-Bali untuk membentuk Paiketan (Perkumpulan) Perumda Pangan Bali.
Kedua, digitalisasi untuk penguatan data/informasi pangan antara lain melalui penguatan aplikasi Sigapura (sistem informasi harga pangan utama dan komoditas strategis) yang mencatat 18 komoditas pangan pada 60 pasar Kabupaten/Kota se-Bali yang juga dapat digunakan sebagai Early Warning System (EWS) sebagai bagian dalam pengambilan keputusan. pelaksanaan operasi pasar. Ketiga, sinergi penguatan klaster pangan antara lain dengan penerapan budidaya organik melalui program dedikasi untuk negeri dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) perbankan.
Program penguatan kelembagaan tersebut merupakan komitmen Perumda pangan se-Bali untuk membentuk forum pembagian peran dan tugas penyediaan komoditas sesuai karakteristik masing-masing daerah dalam menjaga kesinambungan pangan.
Selain 3 tema utama tersebut, sinergi juga dilakukan dalam bentuk Kerjasama Antar Daerah (KAD). Pada tahun lalu, di Bali Nusra telah dilakukan sebanyak 9 KAD (5 intra Bali dan 4 antar Bali dengan luar Bali). Tak lama lagi, akan melepas 4 pengiriman komoditas pangan strategis sebagai tindak lanjut KAD 2022 maupun KAD yang baru yaitu pengiriman telur dari Bangli (Bali) ke Sumba Barat (NTT). Kemudian, pengiriman telur dari Bangli (Bali) ke Dompu (NTB). Pengiriman sapi dari Tabanan (Bali) ke Malang. Pengiriman beras, telur dan sayuran dari Tabanan ke jaringan hotel, Aerofood ACS – Garuda Indonesia, dan supermarket di Denpasar dan Badung (Bali).
“Ke depan, sinergi perlu terus diperkuat untuk memastikan tersedianya kebutuhan dan dengan harga terjangkau. Kita tidak boleh lengah, ancaman inflasi perlu diwaspadai, apalagi prediksi cuaca tahun ini menyatakan adanya peluang gangguan El Nino di paruh kedua 2023,” ucapnya.
Destry Damayanti juga menekankan, untuk mendorong inovasi GNPIP Bali Nusra dan terus diperkuat sehingga menjadi contoh untuk direplikasi di daerah-daerah lainnya di Indonesia guna memastikan tersedianya pasokan dan keterjangkauan harga. Dengan berbagai kebijakan dan penguatan sinergi tersebut, bank sentral optimis tekanan inflasi akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, A. Fatoni menyampaikan, Kemendagri sudah merumuskan solusi utama pengendalian inflasi yang harus didorong oleh seluruh elemen TPIP dan TPID, di antaranya mengaktifkan Satgas Pangan, subsidi tepat sasaran, gerakan tanam pangan cepat panen, Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan mengintensifkan jaring pengaman sosial.
Gubernur Bali, Wayan Koster mendukung penuh upaya membangun ketahanan pangan dan stabilitas harga di daerah. Secara konkrit Tabanan sebagai lumbung padi Provinsi Bali akan turut menopang kesinambungan pasokan bahan pokok dari hulu sampai dengan hilir di wilayah Bali Nusra.
Sementara program digitalisasi difokuskan pada penguatan aplikasi SIGAPURA (Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis) yang mencatat 18 komoditas pangan pada 60 pasar Kab/Kota se-Bali dan aplikasi PAN Bali (Pengendalian Angkutan Barang/Logistik Terintegrasi) Bali yang bertujuan mengotomasi arus keluar masuk barang dari/ke Bali. Momentum pencanangan kedua program ini menjadi bagian utama penyelenggaraan GNPIP Balinusra bertema Sinergi dan Inovasi Ketahanan Pangan melalui Penguatan Kelembagaan dan Digitalisasi: Mepada Payu Antuk Bhuwana Bali Sentosa (Bersinergi Mewujudkan Bali yang Makmur).
Selain mendorong aspek kelembagaan dan digitalisasi, kegiatan ini turut menginisiasi pencanangan program unggulan lainnya seperti operasi pasar/pasar murah, Subsidi Ongkos Angkut (SOA), dan program mobilisasi pangan Bapanas. GNPIP Balinusra juga mendorong sinergi penguatan klaster pangan melalui penerapan budidaya organik dan program dedikasi untuk negeri di beberapa kota diantaranya pembentukan klaster ketahanan pangan cabai merah Kelompok Tani dan Ternak (KTT) Mekar Nadi Sari (Kabupaten Tabanan), pemberian sarana dan prasarana pasca panen (penggilingan) untuk peningkatan produktivitas padi di KTT Sami Asih Desa Sidan (Kabupaten Gianyar), dan pemberian alat distribusi hasil pertanian khususnya bawang merah kepada KTT Hati Sujati (Kab. Bangli). Dari sisi pembiayaan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali juga akan menyalurkan KUR dan berkomitmen mencapai target penyaluran KUR tahun 2023. *dik