Industri Furnitur Lokal Didorong Bidik Pasar Ekspor Alternatif

Industri furnitur dan home decor lokal didorong membidik pasar ekspor alternatif seperti Timur Tengah,  selain Amerika dan Eropa. Tuntutan ini dianjurkan MenKopUKM Teten Masduki, mengingat dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. “Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata Teten Masduki dalam keterangan yang dipantau di Denpasar, Selasa (9/5).

230
PASAR ALTERNATIF - Industri furnitur dan home decor lokal didorong membidik pasar ekspor alternatif seperti Timur Tengah, selain Amerika dan Eropa.

Denpasar (bisnisbali.com) – Industri furnitur dan home decor lokal didorong membidik pasar ekspor alternatif seperti Timur Tengah,  selain Amerika dan Eropa. Tuntutan ini dianjurkan MenKopUKM Teten Masduki, mengingat dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. “Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata Teten Masduki dalam keterangan yang dipantau di Denpasar, Selasa (9/5).

Tak hanya di dalam pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furnitur di luar negeri, namun bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Mengutip dari KataData pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143 ribu orang tenaga kerja dari 1.114 ribu perusahaan. Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus 5 miliar dolar AS (Rp73,78 triliun) pada 2024.  “Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” katanya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51 persen, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19 persen. Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, aka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar. “Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” kata Teten.

Dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. KemenKopUKM juga mendorong terciptanya produk furniture dan home decor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenKopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT). “Bambu pertumbuhan cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” katanya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, KemenKopUKM terus berupaya mempeluas bambu di daerah. “Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” ujarnya.

Selanjutnya, KemenKopUKM menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

Ia menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.  “Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” ucap MenKopUKM.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4 persen ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS pada 2022, atau turun 2 persen dari ekspor tahun 2021. Diprediksi, tren ini masih akan terjadi tahun ini dan tumbuh pada 2024.

“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38 persen berada di level ekspansi. Artinya, industri furnitur perlahan masuk kategori ekspansi dan mulai bangkit lagi. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku industri Tanah Air, agar terus lebih baik dan berdaya saing,” kata Putu Juli Ardika.

Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.  Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital. *rah