Atasi Pengangguran Terbuka, ’’Hardskill’’ dan ’’Softskill” Lulusan Perlu Ditingkatkan

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hasil Sakernas Februari 2023 yaitu mencapai 3,73 persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 4 orang menganggur. Karakteristik pengangguran TPT sendiri merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

175
Prof. Dr. Ir Nyoman Sri Subawa

Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hasil Sakernas Februari 2023 yaitu mencapai 3,73 persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 4 orang menganggur. Karakteristik pengangguran TPT sendiri merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

Mencermati data BPS Bali tentang TPT, Rektor Undiknas University, Prof. Dr. Ir Nyoman Sri Subawa di Denpasar, Rabu (10/5) menilai, bahwa kompetensi lulusan baik tingkat perguruan tinggi, jenjang diploma atau sarjana, demikian pula SMK/SMA, perlu ditingkatkan, yang berakibat tidak terserapnya tenaga kerja ke pasar kerja dengan baik. “Artinya, kemampuan hardskill, softskill perlu ditingkatkan sesuai kebutuhan dunia usaha, industri dan dunia kerja,” katanya.

Untuk itu, antara dunia pendidikan dan industri duduk bersama, memperbaiki kurikulum, materi dan keterlibatan industri sebagai best practices. Kemudian, industri, pertanian, perkebunan dan usaha lainnya dibangun dengan penyerapan tenaga kerja yang sebesar-besarnya. “Apalagi jika dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai dengan sumber daya, potensi alam dan tentu keterlibatan masyarakat dalam berusaha. Hal ini akan membangun pasar kerja dan mengurangi pengangguran yang ada,” jelasnya.

Dengan demikian akan meningkatkan juga pendapatan dan daya beli masyarakat. Konsumsi masyarakat yang terjadi, menggairahan ekonomi dan produksi, apalagi didukung dengan infrastruktur yang baik, dalam pendistribusian hasil produksi secara efektif dan efisien, serta memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani menjabarkan TPT Februari 2023 mengalami penurunan sebesar 1,11 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022. Pada Februari 2022, TPT laki-laki sebesar 4,36 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 3,01 persen. TPT laki-laki mengalami penurunan sebesar 1,77 persen poin, begitu pula dengan TPT perempuan yang turun sebesar 0,29 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022. “Dilihat menurut daerah tempat tinggal, TPT perkotaan pada Februari 2023 sebesar 4,37 persen lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah perdesaan dengan TPT sebesar 2,48 persen,” terangnya.

Bila dibandingkan dengan Februari 2022, TPT perkotaan dan TPT perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,97 persen poin dan 1,41 persen poin. Sementara bila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, terlihat bahwa TPT pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma I/II/III dan Universitas menunjukkan tren yang menurun sepanjang periode Februari 2021 – Februari 2023. “TPT Februari 2023 tertinggi pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 6,40 persen, dan terendah pada TPT dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah yang tercatat sebesar 2,77 persen,” ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan Februari 2022, tercatat bahwa TPT di seluruh jenjang mengalami penurunan, dengan penurunan tertinggi terdapat pada jenjang SMK sebesar 2,82 persen poin. Sementara TPT pada jenjang SMA mengalami penurunan terendah, yakni sebesar 0,39 persen poin. *dik