Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerintah berupaya memperkuat ketahanan pangan dengan akselerasi implementasi lumbung pangan, perluasan kerja sama antar daerah serta memastikan akurasi data, ketersediaan pangan untuk mendukung pengendalian inflasi. Termasuk, memperkuat komunikasi dan untuk mendukung ekspektasi dari inflasi masyarakat.
Mendukung upaya pencapai target inflasi tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho menyampaikan bank sentral bersama TPID Bali telah melakukan sejumlah strategi untuk menjaga target inflasi volatile food secara tahunan dan inflasi keseluruhan berapa pada level 3 persen plus minus 1 persen pada 2023. “Untuk menekan laju inflasi pada target 3 persen plus minus 1 persen, operasi pasar (OP) maupun pasar murah yang selama ini sudah dilakukan pemerintah kabupaten maupun pemkot di Bali harus bisa dilakukan secara berkesinambungan. Jika tidak berkesinambungan, dilakukan dalam waktu-waktu tertentu, dipastikan hasilnya takkan maksimal,” ungkapnya.
Trisno menegaskan OP maupun pasar murah intinya harus dilakukan secara berkesinambungan. Selain berkesinambungan, menurutnya, volume pelayanan kebutuhan pokok masyarakat harus lebih banyak dan luas. Jika OP atau pasar murah dilakukan di satu banjar, tentu volume dan jangkauan pelayanan menjadi terbatas. Hasilnya pun dipastikan takkan maksimal. “Inilah tugas pemerintah kabupaten maupun kota melalui perumdanya,” paparnya.
Perumda harus bisa menggelar pasar murah sepanjang tahun. Selain itu, perumda wajib melakukan fungsi ketersediaan bahan pangan. Caranya tentu saja melakukan kerja sama atau sinergi dengan daerah-daerah lain yang produksinya berlebih.
Termasuk mendukung gerakan nasional pengendalian inflasi pusat yang didorong Bank Indonesia, di antaranya berbagai kegiatan pasar murah, kerja sama antar daerah, subsidi ongkos angkut, gerakan tanam cabai, replikasi model bisnis, penyaluran bantuan alat dan mesin pertanian, dan digitalisasi.
Disinggung kenapa Jakarta, laju inflasi bisa lebih kecil dari Bali meski tidak memiliki areal pertanian?. Trisno menilai, Jakarta memiliki manajemen stok pangan yang baik lewat Perusahaan Daerah (PD) Pasar. Jakarta mampu menjalin kerja sama dengan daerah lain dalam menjaga ketersediaan bahan pangan tersebut. Keberhasilan Jakarta mengendalikan inflasi juga tidak lepas dari fasilitas cold storage serta control atmosfer storage (CAS) yang dimiliki. Dengan alat ini, kebutuhan daging serta aneka bumbu seperti cabai dan bawang bisa disimpan dalam waktu lama. “Ketika produk tersebut langka, PD Pasar mengeluarkan stoknya sehingga otomatis menjadi stabilisator harga pangan,” tegas Trisno. *dik