Denpasar (bisnisbali.com) – Harga babi turun hingga Rp7.000 per kilogram berat hidup. Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa menyebutkan, penurunan harga tersebut terjadi dalam kurun waktu satu minggu setelah kasus miningitis di Kabupaten Gianyar yang ramai diperbincangkan. “Pasti berpengaruh, karena adanya informasi keliru ke masyarakat terkait viralnya kasus meningitis yang dikatakan ditularkan dari babi inilah kemudian membuat penurunan harga babi sebanyak Rp7.000 per kilogram,” katanya saat diwawancarai, Rabu (3/5).
Menurut Hari, penurunan harga jual babi hidup terjadi secara bertahap. Dimulai dari satu hari setelah kasus tersebut viral, turun Rp2.000, kemudian Rp3.000, hingga kurang dari waktu seminggu harga jual babi hidup turun Rp7.000 per kilogram.
Terkait hal ini, pihaknya pun telah melakukan sejumlah upaya. Salah satunya menghadap Sekda Gianyar serta memberi sosialisasi kepada masyarakat sekitar. “Inilah yang kemarin kita berupaya meredam agar tidak sampai jatuh lebih dalam lagi,” ucapnya.
Pihaknya berharap kepada pemerintah, khususnya dinas kesehatan dan tenaga medis terkait, agar tak secara gegabah mengatakan penularan meningitis diduga berasal dari babi. Sebab kata dia, ada efek ekonomi yang harus dipikirkan. Meski begitu ia menekankan, bukan bermaksud untuk menghalangi-halangi informasi sampai ke masyarakat atau menghalangi dokter menganalisa sebab-sebab penyakit.
Ia berharap, agar tidak langsung menyebut babi sebagai biang kerok. Pasalnya menurut dia, media penular dari wabah meningitis ini cukup banyak, pun demikian penyebab penyakitnya, seperti karena bakteri, virus, kuman dan lainnya sehingga tidak serta-merta hanya streptococcus suis. “Media penularnya pun tidak terbatas. Contoh sederhana saja, jika mencuci daging di tempat yang terkontaminasi meningitis, maka secara otomatis daging itu jika tidak diolah dengan baik, akan membuat masyarakat terdampak. Sebelum hal ini bisa dibuktikan, mbok ya jangan nyebut-nyebut babi dulu,” katanya.
Kasus ini dikatakannya bukan kali pertama terjadi. Beberapa tahun lalu disebutnya pernah terjadi di Badung, Tabanan, Jembrana, dan termasuk Gianyar saat ini. “Dan selalu tuduhannya ke babi,” kata dia. Ia mengatakan, anggota GUPBI menyesalkan apa yang terjadi. Mereka juga tidak ingin harga jual babi hidup terus turun. “Tetapi mudah-mudahan upaya kita berhasil. Saya takutnya, kalau harganya turun sampai Rp10 ribu, maka tidak ada alasan saya untuk menahan masyarakat saya mengadu ke DPR dan turun ke jalan. Ini kan ruet urusannya,” jelasnya.
Sementara itu saat ini kata dia, penjualan babi hidup cukup sepi. Harga daging babi di pasaran tidak turun, tetapi permintaan sepi. Hal ini diyakini karena adanya kasus suspek meningitis tersebut. Ia menyebutkan untuk saat ini, harga babi hidup sekitar Rp33.000 per kilogram dari semula Rp40.000 per kilogram. “Kita berharap pemerintah dalam hal ini lebih bijak di saat memberikan informasi-informasi kepada media dan masyarakat awam sehingga tidak terjadi polemik seperti saat ini. Tolong juga disadari, bahwa atas ketidakbijakan mereka inilah kemudian peternak kami di sektor babi merasa dihukum mati tanpa pradilan yang jelas. Ini not fair buat kami,” tuturnya. *wid