Pemkot Berharap Dapat Tekan Alih Fungsi Lahan Pertanian di Denpasar

Lahan dan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris. Karena lahan tidak saja memiliki nilai ekonomi dan sosial, namun di Bali lahan juga memiliki nilai religius. Hal tersebut disampaikan Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dampingi anggota Komisi IV DPR RI I Made Urip di sela-sela membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian di Sanur, Sabtu (15/4). ”Lahan tidak saja memiliki nilai ekonomi dan sosial, bahkan di daerah Bali lahan memiliki nilai religius,” ujarnya.

199
ALIH FUNGSI - Ke depan alih fungsi lahan diharapkan dapat ditekan dan kesuburan lahan sawah di Kota Denpasar dapat ditingkatkan.

Denpasar (bisnisbali.com) – Lahan dan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris. Karena lahan tidak saja memiliki nilai ekonomi dan sosial, namun di Bali lahan juga memiliki nilai religius. Hal tersebut disampaikan Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dampingi anggota Komisi IV DPR RI I Made Urip di sela-sela membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian di Sanur, Sabtu (15/4). ”Lahan tidak saja memiliki nilai ekonomi dan sosial, bahkan di daerah Bali lahan memiliki nilai religius,” ujarnya.

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan lahan merupakan sumber daya alam bersifat langka. Karena jumlah lahan tidak bisa bertambah tetapi kebutuhan akan lahan tersebut selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Di samping itu, menjadi persoalan yaitu kandungan bahan organik masih rendah. Hal ini terjadi di seluruh Bali dampak dari penggunaan pupuk kimia terus menerus sehingga diperlukan pemecahan secara komperhensif. ”Ke depan kami berharap alih fungsi lahan dapat ditekan dan kesuburan lahan sawah di Kota Denpasar dapat ditingkatkan,” kata Arya Wibawa.

Sementara anggota Komisi IV DPR RI Made Urip mengatakan, di era saat ini kondisi lahan dan sumber daya alam mulai menipis menjadi tugas bersama. Selain menjaga lahan produktif dan tanah kelas satu yang ada di Bali khususnya Denpasar agar tidak semua tergerus untuk kepentingan di luar pertanian. Apalagi sekarang lahan terus berkurang dan bahan pangan tergantung dari luar Pulau Bali. Ke depan harus perhatikan bersama menjaga lahan pertanian yang ada di Bali dan Kota Denpasar khususnya tetap lestari dan dimanfaatkan dengan baik. ”Saya harapkan dilaksanakan Bimtek agar seluruh peserta dapat mengikuti hingga akhir sehingga dapat menambah wawasan terkait sarana dan prasarana pertanian,” harap Urip.

Hadir dalam kesempatan tersebut, perwakilan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian RI Dede Sulaiman, Kadis Pertanian Kota Denpasar AA Gde Bayu Brahmasta, dan Perwakilan Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Camat Denpasar Selatan I Made Sumarsana, serta undangan dan peserta lainnya.

Sementara itu, pada 2021 seiring dengan pulihnya ekonomi, lahan pertanian di Denpasar kembali menyusut menjadi 1.915 dan pada tahun lalu lahan pertanian di ibu kota Provinsi Bali ini tersisa 1.871 ha. Untuk produksi beras yang dihasilkan Kota Denpasar pada 2022 tercatat 16 889,70 ton. Angka ini menjadi yang terendah ketiga di atas Kabupaten Bangli dan Klungkung yang masing-masing menghasilkan 12 198,81 ton dan 14 513,05 ton. Angka ini berselisih cukup jauh dari Kabupaten Tabanan yang menjadi penghasil beras tertinggi yakni 95 458,21 ton. *rah