Tabanan (bisnisbali.com) – Sektor nelayan tangkap mulai dilirik oleh generasi muda saat ini. Itu tercermin dari nelayan di Kabupaten Tabanan yang mencapai ratusan orang, hampir sekitar 60 persen berusia 50 tahun ke bawah.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan I Ketut Arsana Yasa, Sabtu (1/4), mengatakan belakangan ini nelayan tangkap sudah mulai ditekuni oleh usia yang lebih muda. Jika dahulu nelayan rata-rata berusia 50 tahun ke atas, kini hampir 60 persennya berumur 50 tahun ke bawah. Seiring pergeseran usia tersebut, nelayan juga semakin banyak memanfaatkan teknologi untuk menangkap ikan dan mengetahui kondisi cuaca sebelum melaut. ”Nelayan sudah lebih modern dan mulai menangkap ikan menggunakan GPS,” tuturnya.
Selain itu, sejumlah nelayan di Tabanan tidak hanya sebagai nelayan tradisional. Mereka juga terjun menjadi nelayan komersial. Artinya, menangkap ikan yang berpotensi ekspor seperti kerapu, layur dan tenggiri serta menangkap lobster yang memiliki nilai ekspor menjanjikan. “Beberapa nelayan juga ada menekui wisata bahari. Mereka menyewakan jukungnya kepada pemancing dan mengantar menuju tempat mancing yang banyak ikannya,” ujar anggota DPRD Tabanan itu.
Menurutnya, dengan banyaknya inovasi di sektor nelayan tangkap, tidak menutup kemungkinan profesi nelayan akan semakin menjanjikan di masa depan. Terlebih lagi pendapatan bisa diperoleh dari menawarkan wisata bahari dengan menyewakan jukung Rp400 ribu hingga Rp500 ribu per hari. Itu belum termasuk pendapatan yang diterima dari hasil menangkap ikan komoditas ekspor yang harganya rata-rata Rp70 ribu per kilogram. Hanya, di balik peluang tersebut, profesi nelayan juga memiliki tantangan yaitu cuaca buruk yang bisa menyebabkan tidak melaut berminggu-minggu.
Oleh karena itu, nelayan di Tabanan selain berprofesi melaut menangkap ikan juga memiliki profesi lain. Di antaranya sebagai petani dan tukang bangunan. Pekerjaan ini dilakoni ketika tidak bisa melaut sehingga tetap bisa mendapatkan pendapatan. *man