Denpasar (bisnisbali.com)-Saat pelaksanaan Hari Suci Nyepi pada 22 Maret nanti, pemakaian atau konsumsi listrik di Bali akan mengalami penurunan. Terutama pada malam hari yang sebagian besar masyarakat di Bali akan memadamkan lampu. Diprediksi penurunan konsumsi listrik yang dilihat dari penurunan beban puncak kelistrikan di Bali saat Nyepi akan mencapai 41 persen.
Manajer Komunikasi PLN Unit Induk Distriburi Bali I Made Arya, saat diwawancarai, Jumat (17/3) kemarin mengatakan, saat ini beban puncak di Bali telah mencapai 951 mega watt (MW). Dan beban puncak tertinggi yang pernah terjadi di sub sistem Bali mencapai 980 MW, pada awal tahun 2020.
Saat hari H pelaksaan Nyepi mendatang, kata Made Arya, beban puncak diprediksi mencapai 500 MW. Dengan demikian penurunan beban puncak saat Nyepi diperkirakan mencapai 41 persen. “Karena umat Hindu khususnya kan tidak menyalakan lampu,” katanya.
Terkait pelayanan PLN saat Nyepi, lanjut Made Arya menjelaskan, penanganan gangguan tidak ada yang berbeda, hanya saja untuk penanganan langsung ke lapangan tidak bisa dilakukan. “Jika terjadi gangguan yang sifatnya urgent (mendesak) masyarakat bisa berkoordinasi dengan pecalang setempat agar tim kami dikawal. Meski tim kami sudah dilengkapi surat dispensasi, koordinasinya tetap dengan pecalang wilayah setempat,” terangnya.
Demikian Made Arya menegaskan, PLN tidak melakukan pemadaman listrik saat Nyepi, terkecuali wilayah Nusa Penida. Di Nusa Penida dikatakannya, masih menggunakan pembangkit yang menimbulkan suara, sehingga listrik dimatikan. Disamping itu, pemadaman listrik juga sudah menjadi kesepatakan aparatur setempat. Pemadam listrik di wilayah Nusa Penida terjadi mulai tangal 22 maret pagi pukul 08.00 WITA hingga 23 Maret pukul 04.00 WITA. *wid