Penurunan Jumlah Penduduk Ancam Perekonomian Bali

Gubernur Bali Wayan Koster belum lama ini menyebutkan pertumbuhan penduduk Bali rendah hanya 1,2 persen per tahun. Sejalan dengan itu, angka fertility rate Bali saat ini sudah di bawah 2 persen, tepatnya 1,95 persen. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap perekekonomian Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata.

397
CENDERUNG MENURUN – Suasana penduduk di salah satu daerah di Bali. Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Bali selama periode 2010-2020 menunjukkan kecenderungan menurun.

Denpasar (bisnisbali.com) – Gubernur Bali Wayan Koster belum lama ini menyebutkan pertumbuhan penduduk Bali rendah hanya 1,2 persen per tahun. Sejalan dengan itu, angka fertility rate Bali saat ini sudah di bawah 2 persen, tepatnya 1,95 persen. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap perekekonomian Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata. Pengamat Ekonomi Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M. Ak, saat diwawancarai, Minggu (26/2) menjelaskan, hingga saat ini perekonomian Bali masih didominasi oleh pariwisata. Dan pariwisata Bali adalah pariwisata budaya. “Ketika orang Bali makin rendah pertumbuhannya, budaya Bali akan terancam, secara otomatis ekonomi juga terancam,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Prof Ramantha mengatakan, yang terpenting harus memasyarakatkan supaya tidak tergerus terutama di bidang kependudukan. Harus mulai dipikirkan agar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat makin meningkat. Anak empat, “Ketut” menurutnya hendaknya mulai ada kembali. “Sekarang fertility rate Bali kan di bawah 2 persen, artinya satu pasangan kurang dari 2 anak, antara 1 atau 2. Dengan demikian Nyoman apalagi Ketut sudah tidak ada,” terangnya. Ini yang menurutnya mengkhawatirkan dari sosial dan budaya. Untuk itu perlu dipikirkan oleh pemerintah, mungkin ada semacam insentif, sehingga masyarakat berani memiliki anak minimum tiga.

Sementara itu, secara umum Praktisi Bisnis, Prof Rhenald Kasali, Ph.D dalam chanel youtubenya yang diunggah pada 6 Februari 2023 mengatakan, rendahnya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan beragam persoalan. Pertama akan terjadi kekurangan SDM, kedua kekurangan investor dan wirausaha muda, ketiga krisis dana pensiun, keempat SDM menua (jumlah orang tua lebih banyak daripada orang muda), dan kelima bangsa akan berpikir menggunakan otomatisasi (menggunakan robot). Rendahnya pertumbuhan penduduk akan berdampak pada jumlah konsumen berkurang, penurunan market orang kaya, sekolah dan rumah sakit bersalin terancam ditutup hingga akan berpengaruh pada ketidakstabilan politik.

Saat ini di Indonesia, isu ledakan penduduk mulai bergeser dengan penurunan jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan fertility rate di beberapa wilayah sudah di bawah 2 persen. Seperti Jakarta dan sekitarnya yang rata-rata sudah di bawah 2 per 2023. Termasuk di Sumatra, seperti Medan, Palembang fertility rate juga sudah di bawah 2 persen. Ia menyebutkan penduduk di kota-kota besar sudah mengalami transisi demografi.

Penduduk menempati posisi strategis dalam proses pembangunan. Namun demikian, jumlah penduduk yang besar tidak terkendali, kualitas yang tidak memadai, dan persebarannya yang tidak merata, justru akan menjadikannya beban dalam pembangunan. Pada sisi pengendalian jumlah penduduk akan terlihat laju pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu.

Faktor-faktor penentu pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertility), kematian (mortality), migrasi masuk (in-migration), dan migrasi keluar (outmigration). Melalui pengelolaan pengendalian jumlah penduduk, diharapkan proses pembangunan dapat berjalan lancar.

Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Bali selama periode 2010-2020 menunjukkan kecenderungan menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2015-2020 laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,23 persen menjadi 1,07 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian.

Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada tingkat penurunan karena kematian. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) turun dari sekitar 17,0 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14,7 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi (2020), sedangkan Angka Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) turun dari 7,5 per 1000 penduduk menjadi 7,4 per seribu penduduk dalam kurun waktu yang sama. *wid