Denpasar (bisnisbali.com)-Tingginya harga beras saat ini disinyalir akibat produksi petani minim, karena sedang tidak musim panen. Panen raya yang akan berlangsung Maret mendatang pun tidak menjamim harga beras turun signifikan. Hal tersebut dikarenakan cost (biaya produksi) yang dikeluarkan petani saat ini terus meningkat.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali I Wayan Sunada saat diwawancarai, Senin (20/2) kemarin mengatakan, meski harga beras mahal, ketersediaan tetap ada dalam artian tidak terjadi kelangkaan di pasaran. Dia menyebutkan kenaikan harga beras dipengaruhi cost petani mengalami kenaikan saat ini. “Seperti pupuk yang sebelumnya Rp600 per kilogram sekarang sudah Rp2.200 per kilogram. Itu untuk yang subsidi, yang nonsubsidi malah Rp18.000 per kilogram,” ujarnya.
Disinggung soal potensi penurunan harga beras saat musim panen raya, dia mengaku belum bisa memastikan. “Kita liat nanti (saat panen raya) karena cost petani tinggi,” ungkapnya.
Demikian Sunada mengatakan, panen raya akan terjadi Maret nanti yang semua daerah di Bali akan mengalami panen. Sejak Januari dikatakannya panen sudah mulai terjadi, termasuk pada Februari ini. “Januari sudah panen sekitar 6.000 hekatare. Panen gadon namanya, panen di sana sini, sedikit sedikit. Maret nanti akan ada 11.000 hekatare yang akan panen,” terangnya sembari mengatakan panen menyebar di masing-masing wilayah.
Sementara itu, Kabag Ekonomi Setda Kota Denpasar I Made Saryawan belum lama ini mengatakan, beras menjadi salah satu dari 10 komoditas yang mempengaruhi inflasi di Kota Denpasar. Demikian juga dia mengungkapkan, salah satu isu yang perlu diantisipasi dalam menekan inflasi di Kota Denpasar, yaitu stok beras masih terbatas yang saat ini masih musim tanam. “Namun cadangan beras pemerintah (CBP) masih mencukupi,” ujarnya. *wid