Tabanan (bisnisbali.com)–Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman padi di Kabupaten Tabanan berlanjut. Selama Januari 2023, kerugian akibat OPT yang mengakibatkan puso (gagal panen) dan diajukan mendapatkan klaim dari program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ditaksir mencapai Rp48 juta di tiga subak.
Data dari Dinas Pertanian Tabanan, di Subak Poyan Tempek Poyan II, Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, serangan dilaporkan terjadi pada 9 Januari lalu disebabkan oleh tikus dengan nilai taksiran kerugian mencapai Rp5.400.000. Selanjutnya di Subak Jaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, serangan dilaporkan terjadi pada 27 Januari oleh wereng batang cokelat dengan nilai taksiran kerugian Rp24.300.000. Terakhir di Subak Poyan, Tempek Poyan II, Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, dilaporkan terjadi pada 27 Januari disebabkan oleh wereng batang cokelat dengan nilai taksiran kerugian Rp18.300.000.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tabanan Drh. Ni Nyoman Ria Wati, Minggu (19/2), mengungkapkan tahun ini serangan OPT pada tanaman padi masih terjadi di sejumlah sentra produksi. Pada Januari lalu serangan OPT yang mengakibatkan tanaman padi mengalami puso dilaporkan terjadi di tiga subak. Hal itu sudah diajukan oleh Dinas Pertanian untuk mendapatkan klaim program AUTP dengan total nilai taksiran kerugian mencapai Rp48 juta.
“Tiga subak yang terdampak OPT dan mengajukan klaim memang ikut program AUTP pada 2022 lalu. Namun, tahun ini tetap bisa tertutupi asuransi karena mereka sudah melakukan tanam padi sejak akhir tahun 2022 dan rencananya panen awal tahun ini,” paparnya.
Dijelaskannya, selain tiga subak yang terdampak OPT hingga mengalami puso, berdasarkan laporan Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) terdapat sejumlah subak yang terdampak serangan OPT dengan tingkat kerusakan ringan hingga berat sepanjang periode 31 Januari-6 Februari 2023. Kerusakan rata-rata terjadi di semua kecamatan. Terluas terjadi di Kecamatan Tabanan mencapai 15 hektar dan telah mendapat penanganan dari Dinas Pertanian untuk mengendalikan OPT. “Hanya, padi yang mengalami kerusakan ringan hingga berat akibat OPT tidak bisa diajukan untuk mendapat klaim program AUTP,” ujarnya.
Ria Wati menerangkan, potensi serangan OPT pada tanaman padi dipicu oleh curah hujan yang terjadi hingga kini. Kondisi tersebut menyebabkan lingkungan menjadi lembab serta tumbuh dan berkembangnya OPT saat ini. Meski begitu hingga kini ancaman serangan OPT tidak besar dan masih bisa dikendalikan.
Bercermin dari hal itu, pihaknya memprediksi dampak serangan OPT tidak akan signifikan memengaruhi produksi padi di Kabupaten Tabanan saat musim panen pada Maret atau April mendatang. *man