Penyumbang Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan IV 2022 

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat ekonomi Bali triwulan IV-2022 tumbuh 6,61 persen (year on year) atau kumulatif tumbuh 4,84 persen (CtC) atau tumbuh 3,11 persen (quarter-to-quarter). Pada triwulan IV-2022, nilai tambah yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi di Bali jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp39,36 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2022 yang tercatat hanya Rp38,17 triliun.

205
KUNJUNGAN WISMAN - Corak perekonomian Bali tergambar dari kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang cenderung meningkat di triwulan IV-2022.

Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat ekonomi Bali triwulan IV-2022 tumbuh 6,61 persen (year on year) atau kumulatif tumbuh 4,84 persen (CtC) atau tumbuh 3,11 persen (quarter-to-quarter). Pada triwulan IV-2022, nilai tambah yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi di Bali jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp39,36 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2022 yang tercatat hanya Rp38,17 triliun.

Kepala BPS Bali Hanif Yahya di Denpasar secara virtual, Senin (6/2) menerangkan, peningkatan tersebut menyebabkan ekonomi Bali pada triwulan IV-2022 tercatat tumbuh sebesar 3,11 persen dibandingkan triwulan III-2022 (q-to-q). “Momentum KTT G-20 yang diselenggarakan pada akhir tahun 2022 di Bali serta libur Perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi katalis pergerakan aktivitas ekonomi di Provinsi Bali,” katanya.

Dukungan peningkatan aktivitas transportasi udara terutama penerbangan internasional, lonjakan distribusi tenaga listrik, serta meningkatnya produksi dari industri pengolahan turut berkontribusi menggerakkan roda perekonomian Bali di penghujung tahun 2022. Hanif menjelaskan corak perekonomian Bali tergambar dari kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang cenderung meningkat di triwulan IV-2022. Keseluruhan fenomena tersebut selanjutnya bermuara pada ekonomi Bali yang tumbuh pada triwulan IV-2022 secara q-to-q.

Ia pun menegaskan secara umum hampir seluruh kategori lapangan usaha mengalami pertumbuhan. Hanya terdapat 3 kategori lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu lapangan usaha kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sedalam 14,84 persen, diikuti oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sedalam 2,97 persen, serta kategori konstruksi sedalam 1,74 persen. “Faktor cuaca buruk dan bencana yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Bali diperkirakan menjadi penyebab turunnya nilai tambah pada industri di kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang serta kategori pertanian, kehutanan dan perikanan,” jelasnya.

Sementara itu, lesunya aktivitas pada kategori konstruksi tercermin dari penurunan realisasi penjualan semen secara q-to-q pada kisaran -3,69 persen. Hanif pun mengungkapkan pertumbuhan tertinggi dari sisi lapangan usaha tercatat pada lapangan usaha kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Secara total kategori ini mengalami peningkatan nilai tambah hingga 9,54 persen.

 “Realisasi belanja modal pada triwulan IV-2022 yang mencapai sekitar 27 persen diduga sebagai pendorong tingginya pertumbuhan pada kategori ini. Tingginya realisasi tersebut berdampak pada pertumbuhan kategori ini hingga mencapai 9,54 persen,” paparnya.

Lanjut dijelaskan peningkatan aktivitas pada lapangan usaha kategori pengadaan listrik dan gas secara kasat mata sangat jelas terlihat pada saat perhelatan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G-20. Pada triwulan IV-2022, pertumbuhan lapangan usaha kategori pengadaan listrik dan gas mencapai 9,46 persen dibandingkan dengan triwulan III-2022. Kondisi ini ditengarai terjadi karena perhelatan KTT G-20 yang diselenggarakan pada triwulan ini tepatnya pada Bulan November 2022.  *dik