Kebutuhan Rumah Tangga Petani Bali Belum Terpenuhi

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Pulau Dewata tercatat 96,17 pada Januari 2023 atau turun sedalam 0,90 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat 97,05. Penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,02 persen yang lebih kecil dibandingkan kenaikan pada indeks yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,93 persen.

182
TURUN - Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Pulau Dewata tercatat 96,17 pada Januari 2023 atau turun sedalam 0,90 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat 97,05.

Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Pulau Dewata tercatat 96,17 pada Januari 2023 atau turun sedalam 0,90 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat 97,05. Penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,02 persen yang lebih kecil dibandingkan kenaikan pada indeks yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,93 persen.

Kepala BPS Bali Hanif Yahya di Denpasar secara virtual menejlaskan It tercatat naik dari 111,09 menjadi 111,11 pada bulan Januari 2023 dan Ib juga tercatat naik dari 114,47 menjadi 115,54. “Indeks NTP Provinsi Bali pada bulan Januari 2023 berada di bawah angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani,” katanya.

Belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga petani yang terdiri atas dua hal pokok, yaitu konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian. Ia pun menilai dari 5 subsektor yang menjadi komponen penyusunan indeks NTP, tercatat hanya 1 subsektor yang mampu mencapai angka 100 di bulan Januari 2023, yaitu subsektor perikanan.

Sementara melihat dari sub sektor, Hanif menjelaskan, NTP Tanaman Pangan (NTPP) Januari 2023, indeks nilai tukar petani subsektor tanaman pangan tercatat turun sedalam 0,82 persen dari 95,15 pada bulan Desember 2022 menjadi 94,37. Penurunan indeks NTP pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,15 persen, lebih kecil dibandingkan naiknya indeks yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,98 persen. It tercatat naik dari 108,96 menjadi 109,12 pada bulan Januari 2023.

Kenaikan pada It dipengaruhi oleh naiknya indeks kelompok palawija setinggi 2,56 persen. Sebaliknya, indeks kelompok padi tercatat turun sedalam 0,02 persen. Sementara itu, Ib tercatat naik dari 114,52 menjadi 115,63. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks kelompok konsumsi rumah tangga setinggi 1,16 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang naik setinggi 0,41 persen.

Begitupula NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) Indeks NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Januari 2023 tercatat turun sedalam 1,18 persen, dari 101,04 pada bulan sebelumnya menjadi 99,85. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya Indeks yang Diterima Petani (It) sebesar -0,45 persen dan naiknya Indeks yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,73 persen. “Penurunan yang terjadi pada It disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran sedalam 2,46 persen,” ujarnya.

Sementara itu, indeks kelompok tanaman buah-buahan tercatat naik setinggi 2,97 persen, dan indeks kelompok tanaman obat-obatan naik setinggi 0,84 persen. Komoditas yang dominan berpengaruh pada turunnya It, antara lain tomat, kol/kubis, dan bawang merah. Sementara itu, kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,90 persen, sedangkan indeks BPPBM tercatat turun sedalam 0,06 persen.

Sedangkan NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Januari 2023, indeks NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) tercatat sebesar 93,47 atau turun sedalam 0,55 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh It yang hanya naik setinggi 0,29 persen, lebih rendah dari Ib yang naik setinggi 0,85 persen. “Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) dari 106,80 menjadi 107,12 pada bulan Januari 2023 dominan disebabkan oleh naiknya indeks harga komoditas perkebunan rakyat, khususnya kopi dan kelapa,” terangnya.

Sementara itu, kenaikan pada Ib dari 113,64 menjadi 114,60 dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,07 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen. *dik