Denpasar (bisnisbali.com) –Kepala Perwakilan Bank Indonesia Trisno Nugroho menyampaikan ketahanan suatu daerah atau negara bergantung kepada tiga hal, yaitu penguasaan pangan, energi, serta digitalisasi. “Hal ini penting juga dalam konteks pengembangan pariwisata Bali yang sustainable dan berkelanjutan,” katanya dalam Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali Great Sharing Session yang mengangkat tema “Tourism Development Trends in The Face of Global Economic Challenges”.
NCPI merupakan salah satu langkah kolaborasi mewujudkan ketahanan pariwisata Bali yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yang berkelanjutan, inklusif, serta pulih dari dampak ketidakpastian perekonomian global. Kegiatan membahas tentang outlook perekonomian, pariwisata, serta langkah strategis dalam pengembangan pariwisata ke depan. Selain itu, diversifikasi lapangan usaha lain juga dijajaki dengan berbagai upaya seperti pengembangan Local Value Chain.
Pernyataan Trisno ini juga sejalan dengan yang disampaikan Anggota DPD RI Perwakilan Bali Made Mangku Pastika, bahwa pariwisata Bali juga harus inklusif, yang menjangkau dan memberikan dampak positif kepada seluruh masyarakat Bali.
Senada dengan pembicara sebelumnya, President of UID Bali Campus dan Kura Kura Bali Tantowi Yahya juga menekankan bahwa pembangunan yang dilakukan bukan hanya pembangunan di Bali, tetapi pembangunan Bali yang komprehensif.
Perkembangan ekonomi Bali 2022. Perekonomian Provinsi Bali tumbuh sebesar 8,09 persen (yoy) pada triwulan III 2022, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,05 persen (yoy). Kinerja ekonomi Provinsi Bali pada triwulan tersebut didorong oleh peningkatan seluruh lapangan usaha utama, khususnya transportasi dan penyediaan akmamin seiring dengan kenaikan wisatawan ke Bali dan banyaknya penyelenggaraan berbagai event strategis.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bali juga didorong oleh peningkatan produksi komoditas perkebunan seiring musim panen raya, berlanjutnya proyek pembangunan pemerintah dan swasta, serta akselerasi proyek infrastruktur. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Bali yang cukup tinggi juga diiringi dengan tekanan inflasi yang meningkat.
Pada Desember 2022, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) atau 6,62 persen (yoy). Tekanan inflasi bersumber dari peningkatan harga pada kelompok Core Inflation dan Volatile Food sejalan dengan peningkatan permintaan akibat aktivitas keagamaan Galungan dan Kuningan, sedangkan penurunan harga kelompok administered price menahan laju inflasi.
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2022 diproyeksikan menguat didukung oleh pembukaan pelonggaran PPLN yang diiringi dengan berlanjutnya restrukturisasi, dan perkembangan pariwisata. *dik