Denpasar (bisnisbali.com) – UNWTO Panel of Tourism Experts menyatakan, pada triwulan IV 2022 dan keseluruhan tahun 2023 kinerja pariwisata Bali relatif membaik. Perbaikan kinerja sektor pariwisata Bali juga didorong oleh penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) atau Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran yang sudah melebihi pola historisnya.
“Hal ini menunjukkan bahwa Bali merupakan salah satu destinasi utama penyelenggaraan industri MICE internasional sejalan dengan tersedianya keamanan, harga yang terjangkau, kemudahan akses, fasilitas dan pelayanan yang berkelas internasional, serta infrastruktur penunjang yang memadai,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho di Denpasar.
Trisno menerangkan jika melihat outlook pariwisata Bali 2022 dan 2023 maka pariwisata Bali terus membaik sejalan dengan banyaknya penyelenggaraan sejumlah event internasional, pelonggaran kebijakan perjalanan dan peningkatan jumlah maskapai internasional yang mengoperasikan direct flight ke Bali, terutama sejak Maret 2022. Itu terlihat dari rata-rata harian jumlah kedatangan penumpang internasional dan domestik juga cenderung meningkat seiring pelonggaran persyaratan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), di mana jumlah kedatangan penumpang internasional mencapai 2,29 juta orang pada tahun 2022.
Sementara berbicara pertumbuhan ekonomi di daerah ini pada 2023, Trisno memperkirakan sedikit melambat akibat ketidakpastian ekonomi dan ancaman resesi global. “Proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali dalam kisaran 4,60 persen sampai dengan 5,40 persen pada 2022, sedangkan di 2023 di kisaran 4,40 persen sampai dengan 5,20 persen,” ujarnya.
Selain itu, inflasi Bali pada 2023 juga diharapkan pada rentang target nasional sebesar ±3 persen sejalan dengan upaya pengendalian inflasi yang terintegrasi dan masif. Bagaimana dengan local value chain economy Bali? Ia menjelaskan Bank Indonesia juga terus melaksanakan upaya pengendalian inflasi melalui peningkatan peran Perusda sebagai pengelola pasar, off taker, pelaku Kerjasama Antar Daerah (KAD), pedagang eceran, dan stabilisator harga bahan pangan.
“Perusda di Tabanan salah satunya, juga didorong untuk meningkatan Local Value Chain, dimana memiliki peran sebagai off taker dan distributor, memberikan pembiayaan BPD ke Perumda, memberikan pembiayaan BPD, serta memberikan bantuan teknis ke petani dan peternak,” jelasnya.
Upaya ini diharapkan dapat mendorong peningkatan pasokan dan kesejahteraan petani, penghematan anggaran Pemda, ketersediaan pasokan lebih terjamin, serta harga di tingkat konsumen lebih terkendali.
Di pihak lain, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga meyakini gelaran MICE mampu menjadi media promosi yang baik untuk menampilkan karya-karya Indonesia dari segi kekayaan budaya, keindahan destinasi, serta kreasi lokal yang kreatif dan berdaya saing. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani dalam pernyataanya di Jakarta, Rabu (22/6/2022) menjelaskan, salah satu kegiatan di dalam MICE adalah perjalanan insentif yang bisa digunakan sebagai media promosi destinasi dan pengenalan budaya lokal.
“Acara MICE bisa menjadi media untuk mempromosikan budaya Indonesia melalui side event seperti saat welcoming dinner bisa digunakan untuk menampilkan pertunjukan budaya dan kuliner khas untuk delegasi yang datang,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf/Baparekraf, Masruroh, saat gelaran Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Conference di Nusa Dua, Bali, Rabu (22/6/2022) menjelaskan, event-event kreatif di Indonesia juga bisa mengambil bagian untuk menampilkan karya-karya bagian kekayaan budaya, keindahan destinasi, kreasi lokal yang kreatif, dan berdaya saing. “Sehingga dengan sebuah event kami juga melestarikan seni dan budaya lokal,” ujarnya.
Iyung sapaan akrab Masruroh mengatakan, event MICE selalu memberikan multiplier effect, lantaran pengeluaran dari wisatawan bisnis dua kali lebih tinggi daripada wisatawan leisure dengan rata-rata menginap selama tiga hari. “Hampir semua acara MICE melibatkan UMKM melalui pameran atau sebagai pemasok oleh-oleh lokal. Event MICE juga memperhatikan kelestarian lingkungan dengan penggunaan plastik dan kertas lebih sedikit,” ujarnya.
Kemenparekraf selalu berkolaborasi dengan pentahelix (akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media) untuk mengembangkan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk sektor MICE. Selain itu juga melibatkan berbagai stakeholder MICE dalam pembentukan strategi pengembangan MICE. Kemenparekraf bersama pemangku kepentingan MICE telah membuat pedoman CHSE MICE yang masih digunakan hingga saat ini sebagai pedoman penyelenggaraan acara MICE. “Kami juga bekerja sama dengan Polri, Kementerian Kesehatan, dan Satgas Covid-19 dalam memberikan izin untuk setiap acara MICE,” katanya.
Kemenparekraf pun masih aktif mengajukan penawaran (bidding) untuk acara MICE internasional agar bisa membawa event tersebut ke Indonesia. “Kami juga berkolaborasi dalam mendukung acara MICE lokal dan nasional di seluruh Indonesia dengan pemerintah daerah, PCO/PEO, asosiasi MICE, dan UMKM. Kami juga bekerja sama dengan para pemangku kepentingan dalam promosi MICE,” katanya.
Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan penyelenggaraan MICE merupakan salah satu program andalan yang dijalankan Kemenparekraf dalam mendorong kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja di sektor parekraf. Khususnya dalam mendukung pencapaian pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Ia mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi mendukung kebangkitan pariwisata melalui sektor MICE.
“Pemerintah berupaya menarik lebih bayak kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk mendorong event sebagai katalis pemulihan ekonomi nasional,” kata Menparekraf Sandiaga. *dik