Kehadiran Wisatawan Tiongkok, Jadi Momentum Positif Bagi Pariwisata Bali

Pemerhati ekonomi menilai ada pengaruh positif bagi sektor ekonomi dan pariwisata di Bali, ketika Tiongkok resmi membuka perbatasan internasional mereka pada akhir pekan lalu. Pembukaan border yang berbarengan dengan periode liburan Imlek di 2023 ini, menjadi momentum positif bagi pariwisata di Bali untuk siap menyambut kedatangan wisatawan Tiongkok yang sebelumnya menjadi penyumbang terbesar jumlah kunjungan wisatawan.

232
MOMENTUM POSITIF - Kedatangan wisman asal Tiongkok menjadi momentum positif bagi pariwisata di Bali yang sebelumnya menjadi penyumbang terbesar jumlah kunjungan wisatawan.

Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerhati ekonomi menilai ada pengaruh positif bagi sektor ekonomi dan pariwisata di Bali, ketika Tiongkok resmi membuka perbatasan internasional mereka pada akhir pekan lalu. Pembukaan border yang berbarengan dengan periode liburan Imlek di 2023 ini, menjadi momentum positif bagi pariwisata di Bali untuk siap menyambut kedatangan wisatawan Tiongkok yang sebelumnya menjadi penyumbang terbesar jumlah kunjungan wisatawan.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Bisnis Bali menyampaikan, kebijakan pembukaan pintu atau relaksasi pasca zero Covid-19 policy di Tiongkok ini bertepatan dengan momentum liburan Imlek. Alhasil ada peluang 200 ribu wisatawan dari Tiongkok yang berlibu ke berbagai tempat wisata dunia, salah satunya berkunjung  di Bali. “Bisa dikatakan ini momentum pasar Tiongkok mulai berdatangan. Momentum ini cukup positif bagi pergerakan ekonomi yang ada di Bali,” katanya.

Pengaruh positif kedatangan wisatawan Tiongkok yaitu okupansi hotel akan meningkat, jasa pariwisata termasuk hotel, restoran, kafe juga toko-toko souvenir, guide atau pemandu wisata akan kebagian pendapatan yang lebih meningkat dibandingkan momentum Imlek di 2020 sampai dengan 2022.

Karena itu, kondisi ini harus diantisipasi oleh para pelaku usaha untuk menyiapkan berbagai kebutuhan dari para wisatawan. Dimisalkan, melakukan berbagai pembenahan infrastruktur karena selama tiga tahun terakhir banyak hotel yang sepi, sehingga butuh biaya untuk perawatan, maintenance, kemudian membutuhkan banyak juga perbaikan-perbaikan, penambahan karyawan juga untuk mengantisipasi. Termasuk dari segi pemerintah daerah, mungkin harus bekerja sama untuk memperbanyak even-even yang berkaitan dengan seni budaya di destinasi wisata utama, sehingga momentum masuknya wisatawan dari Tiongkok ini bisa mendorong ekonomi tumbuh lebih positif.

“Kita harapkan dengan kedatangan wisatawan Tiongkok maka pariwisata Bali kian tumbuh. Bali adalah salah satu daerah yang nantinya pertumbuhan ekonominya akan tinggi karena rebound di sektor pariwisata,” ujarnya.

Pemerhati ekonomi Prof. Gede Sri Darma, DBA. menaruh keoptimisan ekonomi di Bali maupun Indonesia secara umum di 2023 ini, masih mampu tumbuh positif dibandingkan selama pandemi Covid-19. Optimistis pertumbuhan ekonomi di 2023 ini selaras dengan perbaikan kondisi ekonomi Bali di 2022, dicabutnya PPKM serta mulai terbukanya border Tiongkok sehingga bisa mendatangkan warga Tirai Bambu ke Bali.

Direktur Sekolah Pasca Sarjana Undiknas University ini menilai tidak dipungkiri ada informasi kondisi ekonomi global di 2023 yang mendung seiring tingginya inflasi di beberapa negara serta belum adanya kejelasan kapan berakhirnya perang Rusia-Ukraina.

Kendati demikian Sri Darma memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berharap bisa tumbuh minimal 3 persen dengan melihat fundamental dalam negeri masih tinggi. Syaratnya minimal kebutuhan bahan pangan di Indonesia masih tersedia, tidak mengimpor. “Berharap bisa tumbuh 3 persen dengan kewaspadaan tetap harus diutamakan, karena tidak bisa mengatakan kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik dari negara lain,” katanya.

Prof. Sri Darma berharap dengan dicabutnya PPKM serta Tiongkok sudah mulai membuka border maka tingkat kunjungan wisman yang selama ini penyumbang tertinggi julah kunjungan bisa membawa pengaruh positif.

Untuk itu, kata dia, yang harus dilakukan Bali dengan pengalaman pandemi lalu yaitu meningkatkan tata kelola dan infrastruktur harus dirubah. Dari sisi tata kelola seperti mudahnya migrasi, visa harus terus diperbaiki. Baru kemudian infastruktur yang membuat wisman nyaman beraktivitas di Bali.

Termasuk pemerintah dan pelaku pariwisata untuk meningkatkan digitalisasi di segala sektor. Terutama Bali yang dikenal sebagai wisata budaya sehingga harus dikembangkan lagi. Perubahan zaman, perilaku digital tourim harus ditingkatkan seperti spot view, trend mark Pulau Dewata harus dibangun seperti halnya di Singapura, mengingat Bali memiliki wisata yang alami bukan buatan. Untuk itu desa-desa wisata harus di-mantaince, termasuk narasi pariwisata harus diinformasikna ke wisatawan.*dik