Tabanan (bisnisbali.com)–Harga gabah kualitas gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Kabupaten Tabanan melesat naik ke posisi Rp5.800 per kilogram saat ini. Nilai salah satu hasil pertanian ini sekaligus memecahkan rekor harga tertinggi yang pernah terjadi. Saat normal harga gabah berkisar Rp5.000 per kilogram.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia, Jumat (20/1), menjelaskan harga gabah di tingkat petani tengah melonjak. Dari posisi Rp5.500 naik menjadi Rp5.600 dan terakhir sudah ditransaksikan di level Rp5.800 per kilogram. Kenaikan harga gabah ini sangat menguntungkan petani karena hasil panen mereka laku dengan nilai jual yang mahal.
Sesuai informasi dari sejumlah pelaku usaha Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) Tabanan, harga gabah kualitas GKP yang mencapai Rp5.800 per kilogram merupakan yang tertinggi atau belum pernah terjadi selama ini. “Para petani tentu mendapat angin segar dengan lonjakan gabah ini. Namun, kondisi ini membuat konsumen teriak-teriak karena dengan harga gabah yang mahal berimbas pada naiknya harga beras di pasaran,” paparnya.
Subagia menyampaikan, melonjaknya harga gabah salah satunya karena sebagian besar sentra produksi pertanian padi yang ada di Tabanan termasuk daerah lainnya sedang memasuki musim tanam. Kondisi tersebut juga didasari laporan dari penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang menyebutkan sejak Desember lalu hingga Januari ini sedang berlangsung proses tanam padi dan akan memasuki musim panen sekitar Maret-April mendatang. “Saat ini kalau pun ada beberapa sentra pertanian padi yang memasuki atau sedang panen, jumlah dan luasnya tidak banyak,” kilahnya.
Mengacu pada perkembangan harga hasil panen yang sangat dinamis, ia mengharapkan petani di Kabupaten Tabanan tetap eksis berbudidaya tanaman padi dengan menerapkan teknologi tepat guna. Teknologi tersebut sekaligus akan membuat kontinuitas usaha pertanian terjamin dan menekan biaya yang harus ditanggung petani untuk budi daya. ”Misalnya mengurangi penggunaan pupuk kimia, diganti dengan organik. Itu akan menurunkan biaya produksi bahkan menaikan harga jual karena kualitasnya organik,” tegasnya.
Ditambahkannya, saat ini pertanian organik di Kabupaten Tabanan tetap eksis. Di antaranya di Jatiluwih dengan varietas padi lokal dan di Subak Jaka, Desa Kukuh Marga. Selain eksis, hasil panen padi organik cukup menjanjikan. Ini tercermin dari hasil penghitungan ubinan pada panen di Subak Jaka yang mampu mengantongi produksi rata-rata 6 ton per hektar. Lebih tinggi dibandingkan produktivitas tahun 2022 yang rata-rata 5,6 ton per hektar. “Tahun 2023 ini kami proyeksikan produktivitas bisa mencapai 5,8 ton per hektar dengan luas tanam tetap,” pungkas Subagia. *man