Denpasar (bisnisbali.com) – Adanya pandemi Covid-19 telah mendorong perubahan model bisnis UMKM serta pola belanja masyarakat dari yang semula offline menjadi online. Peluang baru tersebut hanya dapat dinikmati oleh UMKM yang terus memiliki semangat untuk bertransformasi digital dan berinovasi untuk meningkatkan daya saing usaha dan produknya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho secara virtual mengatakan, terus mendorong transformasi digital UMKM untuk meningkatkan akses pemasaran secara digital melalui program onboarding UMKM termasuk adaptasi penggunaan kanal pembayaran dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). KPw BI Bali aktif mendorong penggunaan QRIS baik dari sisi merchant maupun pengguna di berbagai sektor meliputi pasar tradisional, pusat perbelanjaan, minimarket, universitas, destinasi wisata, hotel dan restoran.
Provinsi Bali juga masuk sepuluh besar provinsi dengan jumlah merchant dan pengguna terbanyak se-Indonesia. Oleh sebab itu, UMKM Bali diharapkan segera beradaptasi dengan penggunaan kanal pembayaran non tunai seperti QRIS, mobile banking dan internet banking agar transaksi menjadi cashless sehingga lebih cepat, mudah, aman dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja.
“Dengan kanal pembayaran non tunai, transaksi keuangan UMKM lebih transparan dan efisien. Apabila pencatatan keuangan baik, pelaku UMKM akan lebih mudah terhubung dengan akses pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas UMKM,” kata Trisno.
Perekonomian Bali berangsur-angsur pulih dan mampu tumbuh positif sebesar 8,09 persen (yoy) pada triwulan III-2022 atau lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 3,05 persen (yoy). Pertumbuhan Bali pada triwulan III-2022 tersebut menjadikan Bali dalam kelompok tiga besar provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Indonesia.
Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, total perekonomian Bali pada triwulan III-2022 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp62,56 triliun. Atau jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp 38,17 triliun.
Dengan besaran tersebut, ekonomi Bali triwulan III-2022 tercatat tumbuh sebesar 0,60 persen jika dibandingkan dengan capaian triwulan II-2022 (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 9,80 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada Komponen Ekspor Luar Negeri yaitu sebesar 88,41 persen.
Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), ekonomi Bali triwulan III-2022 tercatat tumbuh sebesar 8,09 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Kategori H (Transportasi dan Pergudangan) sebesar 35,37 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada Komponen Impor Luar Negeri yaitu sebesar 1.151,80 persen. Jika diakumulasikan pertumbuhan triwulan I-2022 hingga triwulan III- 2022, maka ekonomi Bali pada Januari-September 2022 tercatat tumbuh sebesar 4,19 persen (c-to-c).
Struktur ekonomi Bali dari sisi produksi, pada triwulan III-2022 masih didominasi oleh Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) yang tercatat berkontribusi sebesar 18,43 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu 53,71 persen.
Pertumbuhan ekonomi Bali juga didorong kinerja lapangan usaha yang berkaitan dengan pariwisata seiring meningkatnya kunjungan wisatawan domestik serta mancanegara. UMKM juga memiliki peran strategis dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional. Menurut data BPS, pada tahun 2022, UMKM menyumbang 58,6 persen dari PDB Indonesia dan menyerap 97,6 juta atau 90 persen tenaga kerja di Indonesia. *dik