Denpasar (bisnisbali.com) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai performa yang baik dari pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Bali akan berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi di Pulau Dewata di tengah semakin terkendalinya kondisi pandemi Covid-19.
Kepala OJK Regional 8 Bali Nusra, Giri Tribroto memaparkan pada posisi Oktober 2022, baik penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK perbankan di Bali mengalami pertumbuhan. Penyaluran kredit mencapai Rp 98,18 triliun atau tumbuh 3,45 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,22 persen (yoy). Pertumbuhan kredit bank umum di Bali sebesar 3,33% persen (yoy), sedangkan BPR mencapai 4,28 persen (yoy). “Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan investasi,” katanya.
Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan oleh sektor perdagangan besar dan eceran serta pertanian, perburuan, dan kehutanan. Peningkatan penyaluran kredit ini seiring dengan kebijakan pelonggaran aktivitas masyarakat dan meningkatnya aktivitas pariwisata di Bali.
Sementara itu penghimpunan DPK mencapai Rp137,22 triliun atau tumbuh double digit yaitu 20,11 persen (yoy) tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,63 persen (yoy). Berdasarkan Kelompok Bank Modal Inti (KBMI), peningkatan DPK secara qtq didorong oleh kelompok bank pada KBMI 4. Secara individual bank, PT BPD Bali (KBMI 1) menyumbang peningkatan giro terbesar secara qtq. Disamping itu, berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK ditopang oleh kenaikan giro dan tabungan. “Kondisi tersebut mencerminkan perekonomian di Provinsi Bali sudah mulai menggeliat,” jelasnya.
Sementara itu Bank Indonesia mennjabarkan secara nasional penyaluran kredit baru oleh perbankan pada November 2022 terindikasi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 58,6 persen, lebih tinggi dari SBT pada bulan sebelumnya sebesar 32,8 persen.
Adapun faktor utama yang memengaruhi perkiraan penyaluran kredit baru tersebut yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain. Sementara itu, untuk keseluruhan periode triwulan IV 2022, pertumbuhan kredit baru diprakirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Nilai SBT penyaluran kredit baru diprakirakan sebesar 89,1 persen, lebih tinggi dibandingkan 84,5 persen pada triwulan III 2022. Permintaan pembiayaan korporasi pada November 2022 terindikasi tumbuh positif. Hal tersebut tercermin dari SBT pembiayaan korporasi sebesar 13,2 persen.
Mayoritas sumber pembiayaan terutama dipenuhi dari dana sendiri, diikuti oleh penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri, pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik, dan pinjaman/utang dari perusahaan induk.
Di sisi rumah tangga, permintaan pembiayaan baru juga terindikasi tumbuh positif pada November 2022. Mayoritas rumah tangga memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan yang terpantau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Jenis pembiayaan yang diajukan rumah tangga mayoritas berupa Kredit Multi Guna. Adapun sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi responden untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain koperasi dan leasing. *dik