Denpasar (bisnisbali.com)-Kenaikan harga beras seakan menjadi agenda rutin di pengujung tahun. Tak terkecuali tahun ini, bahkan menjadi kenaikan tertinggi yang pernah dialami. Kondisi ini seakan mencekik masyarakat, di tengah masih dalam masa pemulihan ekonomi dampak dari pandemi Covid-19.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Badung, Hajjah Nur saat ditemui, Kamis (15/12) mengatakan, kenaikan harga beras tahun ini terjadi lebih awal dari tahun tahun sebelumnya. “Rutin memang terjadi setiap tahun. Biasanya Desember beras naik. Tapi tahun ini November sudah naik,” ungkapnya.
Diakuinya kenaikan harga beras tahun ini tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya belum pernah harga beras mencapai di atas Rp300 ribuan per 25 kilogramnya. Saat ini sudah di atas Rp300 ribu. Dia mengatakan, untuk merk Putri Sejati paling tinggi biasnya hanya mencapai Rp60.000 per 5 kilogram, sedangkan saat ini sudah mencapai Rp64.000 per 5 kilogram. Harga normal beras Putri Sejati dikatakannya mencapai sekitar Rp55.000 per 5 kilogram.
Saat ini dikatakannya, ada merek beras lain yang bisa menjadi alternatif masyarakat. Seperti beras merk Lumbung dari Tabanan yang dijual Rp57.000 per 5 kilogram atau beras Bulog Rp45.000 per kilogram. Hanya saja merek Putri Sejati menjadi primadona. “Kalau masyarakat sebagian sudah mau beralih ke merek lain. Namun untuk suplayer ke hotel-hotel itu yang panatik. Harus merk Putri Sejati,” terangnya.
Demikian menurutnya, kenaikan harga beras yang rutin terjadi ini dikarenakan pabrik beras Putri Sejati melakukan libur 2 minggu setiap akhir tahun. Harga beras di pasaran dikatakannya berpatokan pada merek tersebut. “Sehingga saat mereka libur stok beras Putri Sejati kan jadi terbatas, makanya mahal,” ungkapnya. Kenaikan harga beras juga diakui pedagang kelontong Sinta. Dia mengatakan, saat ini harga beras sudah di atas Rp300 ribuan per 24 kilogram. “Sebelumnya ga sampe Rp300 ribu,” ungkapnya. *wid