Denpasar (bisnisbali.com)-Nasi jinggo sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bali. Dibungkus daun pisang lengkap dengan lauk pauk, harganya relatif terjangkau. Biasanya kuliner ini ditemukan pada malam hari di pinggir jalan dengan meja sebagai tempat berjualan.
Berbeda dengan kebanyakan, nasi jinggo yang satu ini memiliki keunikan tersendiri, yakni pedagangnya lebih memilih berjualan di kolong meja. Hal ini cukup menarik konsumen, di samping rasanya memang menggiurkan, terutama sambalnya yang pedas.
Ialah Khotijah yang akrab dipanggil Mak Ijah memilih berjualan di kolong meja yang belum lama ini sempat viral di media sosial. Ia berjualan di Jalan Pulau Bungin, Gang Damar, Banjar Pitik, Pedungan, Denpasar. Saat mulai berdagang, dirinya harus memomong bayinya berusia dua bulan. Agar tetap bisa berjualan, pesanan disiapkan sambil duduk di bawah kolong meja. Inilah awal mulanya Mak Ijah berjualan di kolong meja. “Melihat hal itu anak saya usul ganti nama saja jadi nasi jinggo kolong meja, sebelumnya nasi jinggo muslim,” ujarnya saat ditemui, Sabtu (27/11).
Di atas meja dagangannya hanya tersedia beragam keripik, gorengan, air mineral dalam bentuk kemasan gelas dan sate-satean seperti sate telur, sate usus dan sate ati rempelo dengan bumbu rendang yang medhok. Sementara nasi jinggo buatan Mak Ijah memiliki rasa sambal yang cukup pedas. “Karena berselera pedas, saya pakai cabai 5 kilogram, sedangkan tomat cuma 1 kilogram. Kalau tidak pedas tidak enak,” jelasnya.
Satu porsi nasi jinggo dijualnya mulai Rp5.000 per bungkus. Isinya lauk mie, tempe, ayam suiran, sambal goreng kentang dan buncis, telur serta sambal. Sementara harga sate-satean mulai dari Rp3.000 per tusuk. Pelanggan warung ini cukup banyak. Tak ayal Mak Ijah dalam sehari bisa menyiapkan 20-25 kilogram beras untuk nasi.
Nasi jinggo kolong meja Mak Ijah buka mulai pukul 18.00 sampai 02.00 Wita. “Saya buka setiap hari kalau bapak tak lelah, karena bapak yang masak nasi. Saya cuma lihat-lihat saja, karena ada yang bantu masak lauk tiga orang. Masak biasanya mulai 13.00 Wita, karena motong-motong kan lama,” tutupnya. *wid