Tabanan (bisnisbali.com) –Setelah sekian lama selalu merugi, tahun ini Perusahaan Daerah Umum Dharma Santika (PDDS) Tabanan berhasil mengantongi laba hingga Rp600 ratus juta lebih. Laba tersebut seiring dengan meningkatnya volume dan jenis produk pertanian lokal yang dipasarkan oleh PDDS selama tahun ini.
Data dari PDDS tercatat setidaknya ada 102 jenis produk pertanian yang dipasarkan selama periode Januari 2022 hingga Oktober 2022. Lima besar dengan volume penjualan terbanyak yakni beras konvensional (Pertiwi Bali) dengan volume penjualan mencapai 2.205.685 kg, telur sebanyak 17.210 butir, beras organik seberat 13.500 kg, beras merah 7.222 kg, dan beras mentik susu mencapai 6.253 kg.
Direktur Utama PDDS, Kompiang Gede Pasek Wedha, Kamis (24/11) kemarin, mengungkapkan dari sisi perolehan laba, tahun ini PDDS mampu mengantongi untung. Prediksinya, selama tahun berjalan hingga Oktober 2022 keuntungan kotor yang diraup mencapai Rp600 ratusan juta. “Nanti untuk total perolehan laba tersebut tergantung pencatatan akhir tahun dan hasil audit dari konsultan independen. Mudah-mudahan hasil akhir perhitungan tahun ini bisa lebih berkembang,” ungkapnya.
Pasek Wedha menambahkan perolehan laba usaha ini tidak terlepas dari kolaborasi yang dilakukan dengan para petani, pemerintah dan sejumlah kemitraan swasta, yang terjalin selama ini. Kerjasama tersebut membuat pemasaran, baik jenis maupun volume penjualan produk, mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya.
Contohnya beras, pemasaran produk ini tidak hanya menyasar kalangan ASN di lingkup Kabupaten Tabanan, namun juga masuk ke sejumlah outlet atau swalayan besar di Bali, termasuk kalangan usaha hotel salah satunya Marriott Group Hotel yang saat ini menyumbang sebesar 60 persen dari total pemasaran beras dari PDDS. “Tahun lalu kami hanya bisa memasarkan beras dan kopi. Tapi tahun ini lebih banyak jenisnya seperti beragam sayur hingga buah yang mayoritas hasil petani Tabanan. Astungkara ke depan kalau kerjasama ini berkembang dari sejumlah kabupaten/kota yang sudah MOU dengan kami, bisa banyak lagi yang kami pasarkan,” bebernya.
Menurut Pasek, tahun ini peningkatan penjualan produk pertanian melalui PDDS salah satunya disumbang kondisi pariwisata di Bali yang semakin membaik pascapandemi. Itu terbukti dari permintaan beras di salah satu hotel yang sebelumnya hanya berkisar 6 ton – 7 ton per bulan, saat ini dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Bali dan KTT G20 lalu, membuat permintaan meningkat hingga mencapai 10 ton per bulan. “Kami juga ditugaskan oleh BI dalam rangka pengendalian inflasi agar optimal menyerap dan memasarkan beras produksi petani lokal karena harganya lebih murah dari luar Bali. Ada potensi volume pemasaran untuk beras lokal akan makin meningkat nantinya,” teganya.
Untuk ke depan, beragam pemasaran hasil pertanian lokal ini terus digenjot dalam rangka meningkatkan pendapatan sekaligus melindungi nasib petani, khususnya pada saat musim panen. Seperti pemasaran produksi kopi, pihaknya sudah melakukan penjajakan dengan eksportir, bahkan eksportir tersebut sudah melakukan pengecekan lab untuk mengetahui kualitas kopi petik merah dan hasilnya sudah lolos pengujian.
Dari hasil pengujian itu, ada kemungkinan eksportir itu melanjutkan pengecekan dengan melihat situasi kebun kopi tersebut.”Jika setelah itu oke, maka ada permintaan ekspor sekitar 60 ton – 100 ton per tahun untuk produksi kopi yang dihasilkan oleh petani Tabanan ini nanti,” pungkasnya.
Untuk menjaga kontinuitas pasokan dari kalangan petani, PDDS berencana melakukan MOU dengan sejumlah petani. Dari MOU tersebut, petani sebagai produsen juga akan mendapat kepastian harga dan kepastian akan produk yang dihasilkan bisa terserap dengan baik. Dengan demikian, untuk penjualan hasil panen tidak lagi bergantung pada tengkulak yang berpotensi justru mengurangi pendapatan petani pada saat musim panen. *man