Senin, November 25, 2024
BerandaBaliJaga Keseimbangan Alam, Pemkab Gianyar Gelar “Tawur Nawa Gempang”

Jaga Keseimbangan Alam, Pemkab Gianyar Gelar “Tawur Nawa Gempang”

Upacara Tawur Nawa Gempang dilaksanakan untuk memohon dan menjaga atau mengembalikan keseimbangan alam pasca bencana alam.

Gianyar (Bisnis Bali.com)-
Mulai 9 Oktober, di Bali dan Gianyar khususnya banyak terjadi bencana longsor, banjir atau rumah hanyut akibat hujan lebat. Berdasarkan catatan Pemkab Gianyar, selama 2 hari ada 28 titik bencana dengan kerugian mencapai puluhan milyar.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra saat melaksanakan upacara Tawur Nawa Gempang di Pura Pucak Pausan, Payangan, Sabtu (5/11) mengatakan untuk menyeimbangkan alam agar berkesinambungan Pemkab Gianyar menggelar Tawur Nawa Gempang.
Bupati Mahayastra mengungkapkan upacara serupa juga pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Mantan Gubernur Bali, Dewa Made Baratha di Pura Pucak Pausan untuk memohon keselamatan alam dan masyarakat Bali. Kini dipilihnya Pura Pucak Pausan sebagai tempat pelaksanaan upacara, mengingat belakangan di wilayah tersebut banyak terjadi bencana alam.
Ia menjelaskan Pura Pucak Pausan merupakan Pucak tertinggi di Kabupaten Gianyar yang diharapkan mampu memberikan sinar suci kepada seluruh alam dan masyarakat Gianyar. “Pura Pucak Pausan merupakan situs perjalanan Rsi Markandya,” ucap Bupati Mahayastra.
Ketua PHDI Kabupaten Gianyar Jro Mangku Wayan Ardana menyampaikan Tawur Nawa Gempang patut dilaksanakan manakala ada kepelikan atau bencana alam. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon dan menjaga atau mengembalikan keseimbangan alam seperti yang tertuang dalam lontar “Tatwa Kalantaka” dimana umat Hindu sesuai keyakinannya wajib melaksanakan upacara mecaru.
“Mecaru terdiri dari kata caru yang artinya baik dan mecaru adalah membuat baik, atau menyeimbangkan kembali agar normal dan mecaru juga sebagai penebusan dosa manusia atas kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan secara tidak sengaja,” jelasnya.
Menurut lontar Roga Sangara bumi, upacara Tawur Nawa Gempang patut dilaksanakan manakala ada kepelikan atau bencana serta ada kematian tidak sewajarnya seperti gantung diri atau tertimbun longsor.
Ditambahkannya, dengan mecaru manusia mempersembahkan kepada unsur bhuta kala agar bisa mendukung atau nyomya buta kala agar menjadi dewa dan tidak mengganggu kehidupan manusia serta alam, agar alam kembali normal dan seimbang.
Setelah melakukan prosesi upacara, pemangku membagikan nasi tawur agar dibagikan ke desa adat sebagai simbol bahwa telah dilakukan upacara Tawur Nawa Gempang. “Ajengan nasi tawur sebagai simbolisasi untuk menormalkan kembali, disebar di masing-masing desa sebagai suguhan kepada Bhuta Kala yang ada disana, bahwa kita sudah melakukan persembahan yang terpusat di Pura Pucak Pausan,” tegas Jro Mangku Ardana.*kup

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer