Tabanan (bisnisbali.com)–Harga kakao diprediksi tetap memiliki potensi bisnis yang menjanjikan di masa mendatang. Itu terjadi meski banyak kalangan memprediksi sejumlah negara importir kakao terancam mengalami resesi pada tahun 2023.
Ketua Koperasi Produsen Manik Amerta Buana di Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur I, I Nyoman Suparman, Senin (31/10), mengungkapkan harga kakao di tingkat petani tengah berada pada kondisi stabil dan kemungkinan itu terus berlanjut pada perdagangan tahun 2023. Prediksi tersebut mengacu pada harga panen yang dihasilkan oleh petani masih laku di kisaran mahal dan volume permintaan pasar kakao yang datang dari pengusaha lokal dan eksportir masih tinggi selama ini.
Saat ini harga kakao fermentasi kualitas nonorganik ditransaksikan stabil di kisaran Rp50.000 per kilogram, sedangkan harga kualitas fermentasi kualitas organik mencapai Rp55.000-Rp 60.000 per kilogram. Bahkan, harga jual kualitas kakao fermentasi organik masuk golongan grade AA (isi 80 biji per 100 gram) bisa menembus Rp90.000 per kilogram. “Kondisi harga kakao yang stabil berlaku juga saat panen raya yang terjadi Agustus dan September lalu,” jelasnya.
Menurut Suparman, penyebab harga stabil karena kebutuhan konsumen termasuk pasar ekspor kakao masih tinggi yakni 30-50 ton per bulan, sehingga kakao yang dihasilkan petani pada musim panen terserap semua. “Mengisi kebutuhan pasar tersebut, biasanya kami berbagi dengan pengepul atau kelompok lainnya untuk memasok. Selama ini semua produksi terserap dengan baik, apa lagi saat ini pascapanen dan dampak iklim yang mengakibatkan turunnya produksi,” ujarnya.
Harga kakao yang menjanjikan membuat sejumlah petani di Kabupaten Tabanan bergairah berproduksi. Bahkan, mereka (petani) berlomba-lomba memperbaiki kebun dengan harapan kualitas produksi kakao yang dihasilkan lebih baik daripada sebelumnya.
Seiring kembali menggeliatnya perkebunan kakao di Tabanan, tahun ini Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pertanian Bidang Perkebunan kembali mengalokasikan bantuan benih untuk pembibitan kakao dari APBD. Bantuan rencananya dialokasikan ke kawasan pengembangan kakao yakni Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Timur, Selemadeg Barat, Penebel, Marga dan Kerambitan.
Pada 2021 lalu luas produksi kakao di Kabupaten Tabanan mencapai 3.303 hektar atau tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2019 dan 2020. Dari luasan tersebut, produksi kakao mencapai 905,29 ton dengan rata-rata produktivitas 274 kilogram per hektar tahun 2021. *man