Tabanan (bisnisbali.com)–Cuaca ekstrem menyebabkan longsor di sejumlah titik di Kabupaten Tabanan. Kondisi itu ternyata berbanding terbalik dengan sektor perikanan tangkap yang justru tengah menjanjikan saat ini. Nelayan Tabanan kecipratan berkah mengingat harga hasil tangkapnya meningkat pada musim panen sekarang.
Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan Ketut Arsana Yasa, Senin (17/10), mengungkapan saat ini ketinggian gelombang laut di pantai selatan Kabupaten Tabanan berada pada posisi normal 0,6 hingga 2 meter. Begitu pula hembusan angin di tengah laut di bawah 10 kilometer per jam.
Berdasarkan pantauan BMKG, kondisi itu sudah terjadi sejak akhir pekan lalu dan diperkirakan gelombang laut berada pada posisi ketinggian normal hingga Rabu (19/10). “Kondisi di laut memang berbeda dengan cuaca yang terjadi di darat. Hujan itu sudah biasa bagi nelayan. Melaut patokannya angin dan gelombang. Kebetulan menurut perkiraan BMKG, gelombang dan angin bagus hingga Rabu nanti,” tuturnya.
Kondisi tersebut menjadi angin segar bagi nelayan tangkap karena sedang memasuki musim panen layur dan lobster yang merupakan salah satu komoditas ekspor. Lebih menggembirakan lagi karena harga kedua komoditas ini tengah naik signifikan. Saat ini harga layur kualitas ekspor Rp55 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram, sedangkan harga lobster yang semula Rp200 ribu-Rp250 ribu melesat naik menyentuh Rp400 ribu per kilogram.
“Sekarang ini harga lobster di nelayan bisa dibilang berada di level tertinggi sejak delapan tahun terakhir. Pada tahun 2014 lalu pernah menyentuh Rp450 ribu per kilogram. Lonjakan harga menjadi berkah tersendiri yang membuat nelayan Tabanan berlomba-lomba ke tengah laut,’’ ujar Arsana Yasa yang juga anggota DPRD Kabupaten Tabanan.
Menurutnya, lonjakan harga dipicu oleh hasil perikanan tangkap di pasar internasional yang tengah mahal sebagai imbas menurunnya jumlah tangkapan di negara pesaing seperti India dan Thailand. Sebaliknya permintaan pasar akan layur dan lobster dari negara importir seperti Jepang, Taiwan dan Tiongkok cukup tinggi. “Lonjakan harga terjadi sejak sebulan lalu. Mudah-mudahan terus berlanjut sehingga menjadi titik terang di tengah ancaman ekonomi suram pada tahun 2023 nanti,” ujarnya. *man