Denpasar (bisnisbali.com) – Presidensi G20 yang digelar di Bali diyakini akan membuka peluang membaiknya sektor pariwisata dan memberikan optimisme masyarakat akan pergerakan ekonomi di daerah ini. Namun ada kekhawatiran yang mencuat selama kegiatan maupun pasca-G20 akan membuat wisata Bali menjadi mahal.
Menyikapi ketakutan wisata Bali akan mahal tersebut, pemerhati ekonomi dari Undiknas University Agus Fredy Maradona, Ph.D., CA. di Denpasar, Selasa (18/10) menilai perlu memastikan mahal dari sisi apa?.
Menurutnya mahal dari tarif kamar hotel selama kegiatan G20, merupakan hal wajar karena over book, venue tidak ada, kapasitas kamar sudah penuh sehingga harga mahal. “Alamiah atau lumrah kondisinya tersebut. Stok tetap, permintaan meningkat sehingga harga meningkat,” katanya.
Ia menilai kegiatan KTT G20 di Bali harus diapresiasi positif di tengah pemulihan ekonomi dan pariwisata Pulau Dewata, walaupun, ada kenaikan harga karena itu tidak bisa dihindari. Tetapi, AF. Maradona menekankan kenaikan harga di sini bukan berarti pelaku pariwisata menaikkan harga berlebihan.
“Harus diingat pelaku pariwisata tidak semua tamu menginap di kawasan dengan KTT Nusa Dua dan sekitarnya. Sebab ada juga tamu yang akan menginap di hotel kecil di kawasan lain,” jelasnya.
Untuk itu, hotel dan industri wisata lainnya jangan menaikkan harga secara signifikan karena ada pergelaran G20 atau pascanya. Sebab pariwisata Bali yang terkena dampak pandemi Covid-19, ke depannya yang ingin dikejar adalah pertumbuhan ekonomi secara berkepanjangan dan berkelanjutan. “Jadi kenaikan jika masih dalam batas, maka wajar bisa terjadi. Asal jangan kenaikan harga sampai tidak wajar,” sarannya.
Di luar itu semua, AF. Maradona yang juga lulusan doktor dari Macquarie University, Sydney Australia ini menilai pelaksanaan G20 di Bali akan membawa citra baik bagi Bali maupun Indonesia. Suksesnya kegiatan G20 maka akan membawa citra positif dan bisa menyampaikan ke masyarakat internasional kalau Bali dan Indonesia, bisa menjadi tuan rumah yang baik KTT dunia. Tidak hanya itu, Bali pun akan menjadi daerah yang mampu menawarkan banyak tempat wisata baru yang menarik dan layak dikunjungi. “Apalagi pariwisata Bali kini bergerak ke wisata yang sehat. Pariwisata yang mengarah ke sustainable tourism, ekonomi hijau (green economy),” jelasnya.
Dapat memamerkan ke dunia, wisata Bali bukan sekadar yang biasa dikunjungi selama ini. Pascapandemi pariwisata Bali telah bergerak ke wisata hijau. Contoh para delegasi akan menggunakan kendaraan listrik. Para delegasi juga diajak mengunjungi tempat wisata berbasis masyarakat desa.
Sementara salah satu pelaku wisata hotel dan restoran di Sanur, Gung Wirtama meyakini pendukung utama perekonomian Bali adalah pariwisata. Oleh karenanya setelah wisata Bali dihantam pandemi Covid-19, perlu adanya perubahan yang berarti dan membuat wisatawan ma uterus datang ke Bali.
Karenanya melalui KTT G20 pada November nanti, harapannya pariwisata tumbuh kembali yang dampaknya pasti pada pergerakan ekonomi secara menyeluruh.*dik