Denpasar (bisnisbali.com)-Kertas bekas hendaknya tidak dibuang begitu saja karena bisa dijadikan produk bernilai hingga ratusan ribu. Adalah seorang wanita bernama Ni Kadek Novi Sumariani (26) yang kini aktif mendaur ulang kertas dijadikan produk bernilai jual tinggi, seperti notebook, amplop, kartu ucapan, pembatas buku dan kanvas.
Saat ditemui di Denpasar, Kamis (13/10), Sumariani mengatakan harga jual produknya seperti buku dibanderol mulai dari Rp30 ribu ukuran kecil, sampai Rp100 ribu untuk ukuran besar. Sementara kertas berukuran A6 harganya Rp15 ribu dan ukuran A5 mencapai Rp30 ribu per lembar.
Perempuan yang akrab disapa Novi ini melakoni usaha daur ulang berawal ketika melihat tumpukan kertas. Ia kemudian berpikir untuk membuat produk recycle paper atau kertas daur ulang. Begitu digarap, ternyata kertas daur ulang buatannya cukup apik dan menarik, sehingga ia memutuskan untuk membuat workshop produk recycle paper. Beranjak dari sederet workshop yang digelarnya, tercetus niat untuk menjadikan kertas daur ulang sebagai produk yang siap dijual.
“Saya mulai menjualnya tahun ini. Awalnya iseng-iseng buat recycle paper seperti ini. Saya coba bikin workshopnya, ternyata laku, lalu buat lagi kertasnya dan produknya, ternyata ada yang beli. Jadi, keterusan. Peminatnya tidak hanya warga lokal Bali, tetapi sampai Jakarta. Begitu pula turis yang melancong ke Bali dan mengikuti workshop,’’ papar Novi.
Menurut perempuan asal Tihingan, Kabupaten Karangasem ini, proses mendaur ulang tidak sulit. Jika tidak memiliki blender dan cetakan, recycle paper bisa dikerjakan secara manual. Hanya, lanjut pemilik Industri Kreatif Bhuana Alit ini, pembuatannya memerlukan waktu seharian.
Untuk membuat selembar recycle paper, cuma diperlukan segenggam kertas bekas. Kertas-kertas bekas yang tidak terpakai diserut atau dihancurkan dan direndam dalam baskom berisi air. Setelah cukup lunak, kertas-kertas tersebut kemudian dihancurkan lagi dengan blender sampai serupa ampas dan diberi pewarna alami. Setelahnya, ampas disaring dengan cetakan langsung dan diletakkan di alas. Agar terbentuk di alas, ampas dikeringkan menggunakan spons yang ditempel-tempelkan ke cetakan. Setelahnya secara perlahan diangkat.
Bisa juga ditambahkan partikel-partikel lainnya sebagai hiasan seperti bunga atau daun kering. Setelah terbentuk, ampas kertas didiamkan atau diangin-anginkan semalaman hingga cukup kering. Recycle paper yang sudah jadi kemudian dikerjakan sesuai tujuan produk. Jika dijadikan cover buku, tinggal ditambahkan lembaran kertas biasa kemudian disatukan dengan tali atau dijilid. Keseluruhan prosesnya bisa memakan waktu sampai tiga hari, mulai pembuatan kertas sampai menjadi buku.
‘’Oleh karena menunggu proses keringnya alami maka bisa seharian. Bedanya, jika langsung terkena sinar matahari karena menggunakan pewarna alami, warnanya bisa turun atau luntur. Tetapi kalau hanya diangin-anginkan warnanya bisa awet. Sifatnya pun seperti kertas pada umumnya yang bisa basah dan sobek,’’ jelasnya.
Novi memperoleh kertas-kertas bekas di rumah dan pemberian teman-temannya di kantor. “Promosinya selain di sosial media, saya juga titip di toko bunga dan di Toko Rumah Belanja di Dharma Negara Alaya, Lumintang. Karena masih baru, jadi orang-orang mempertanyakan ini kertas apa sebenarnya. Tapi sekarang sudah terjual 20 pieces buku dan 50 lembar kertas,” pungkasnya. *wid