Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar mencatat pertumbuhan inflasi pada September mencapai 0,54 persen. Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan inflasi secara nasional yang mencapai 1,17 persen. Operasi pasar dan bazar pangan disebut memberi pengaruh cukup besar terhadap penekanan laju inflasi di Kota Denpasar.
Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, di sela-sela penyelengaraan pperasi pasar di Terminal Tegal Rabu (12/10) mengatakan, pertumbuhan laju inflasi pada September ini lebih baik dari bulan sebelumnya (Agustus). Dia menyebutkan pertumbuhan inflasi pada bulan Agustus di Kota Denpasar lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional.
Pelaksanaan operasi pasar dan bazar pangan yang digelar sejak awal September memberi pengaruh, sehingga membuat inflasi cukup terkendali. “Saat ini, inflasi yang terjadi di Denpasar yang mencapai 0,54 persen itu disebabkan kenaikan biaya transfortasi, tarif onjek online, kenaikan harga BBM dan listrik,” ungkapnya.
Menurutnya, program operasi pasar dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bekerjasama dengan Perumda Pasar Sewakadharma dan bazar pangan dari Dinas Pertanian ini sangat efektif. “Saya dan Pak Wali juga meninjau ke lapangan efektivitas dari kegiatan ini bahwa masyarakat sangat antusias. Tadi kami sempat ngobrol dengan pembeli, untuk harga kebutuhan pokok jika dibandingkan di pasaran, lebih mahal di pasar. Ada selisih dari Rp500 hingga Rp1.500,” ungkapnya. Seperti halnya gula, selisihnya mencapai Rp500 per kilogram, bahkan beras selisihnya mencapai Rp3.000. Hal ini dikatakannya membuat masyarakat berbodnong-bondong datang ke operasi pasar.
Pihaknya mengaku optimis Oktober ini laju inflasi dapat lebih ditekan kembali. Khususnya terhadap kebutuhan bahan pokok yang pergerakannya dinamis. Berbeda dengan inflasi yang didorong akibat kenaikan harga BBM. *wid