Kerugian Investasi Bodong Selama 10 Tahun Capai Rp117,5 Triliun

Maraknya kasus investasi bodong di Indonesia dengan kerugian selama 10 tahun terakhir mencapai Rp117,5 triliun menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat dalam berinvestasi masih rendah.

185
Giri Tribroto

Denpasar (bisnisbali.com) – Maraknya kasus investasi bodong di Indonesia dengan kerugian selama 10 tahun terakhir mencapai Rp117,5 triliun menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat dalam berinvestasi masih rendah. Hal itu tercermin dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019, bahwa terdapat gap antara tingkat penggunaan produk/layanan industri jasa keuangan (IJK) atau inklusi keuangannya lebih tinggi yaitu sebesar 76,19 persen dibandingkan tingkat pemahaman yang masih rendah dicerminkan dari literasi keuangan sebesar 38,03 persen.

Di Provinsi Bali, inklusi keuangan bahkan mencapai 92,91 persen namun tingkat literasi keuangan masih belum menggembirakan yakni sebesar 38,06 persen. Dalam rangka kampanye World Investor Week yang digagas oleh International Organization of Securities Commission (IOSCO), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar edukasi pengenalan investasi di pasar modal untuk meningkatkan edukasi dan perlindungan kepada investor.

Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Giri Tribroto pada saat edukasi kepada finalis Jegeg Bagus Provinsi Bali Tahun 2022 sebagai perwakilan generasi muda dari kabupaten/kota se-Provinsi Bali menyampaikan jumlah investor di pasar modal yang didominasi Generasi Milenial dan Gen Z harus didukung dengan edukasi agar dapat berinvestasi dengan cara yang benar dan tidak mudah terpengaruh.

Data pada akhir September 2022 menunjukkan bahwa jumlah investor pasar modal mencapai 9,76 juta dan didominasi oleh investor yang berusia di bawah 30 tahun sebesar 59,43 persen. Melalui Agen Edukasi dan Inklusi Keuangan (ADIK) OJK Bali yang berasal dari Finalis Jegeg Bagus Provinsi Bali, diharapkan para perwakilan generasi muda dari masing-masing daerah dapat menjadi katalisator dalam menyebarkan informasi positif dan kegiatan-kegiatan OJK terkait literasi dan inklusi keuangan.

“Mereka juga dibekali edukasi dari OJK tentang waspada investasi bodong, kiat-kiat menjadi investor cerdas melalui 3P (Paham, Punya, Pantau) dari Bursa Efek Indonesia dan praktik cara jual beli saham dari BNI Sekuritas,” paparnya.

ADIK OJK Bali akan dibekali dengan literasi keuangan secara intensif tidak hanya di sektor pasar modal, tetapi juga sektor lainnya seperti perbankan dan industri keuangan non bank. Harapannya ADIK OJK Bali dapat menjadi enabler untuk mempercepat penyebaran informasi yang benar terkait literasi dan inklusi keuangan khususnya generasi muda di provinsi Bali untuk mendukung target inklusi 90 persen secara nasional pada 2024.*dik