Ekspor Masih Lesu, Kondisi Ekonomi Belum Membaik

Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan hingga saat ini. Termasuk bagi Bali, meski pariwisata telah berangsur pulih, belum berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian pasar ekspor juga belum maksimal.

212
BELUM PULIH - Kondisi ekspor saat ini belum membaik. Produk garment, tekstik, handycraft, sepatu dan lainnya belum pulih.

Denpasar (bisnisbali.com) – Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan hingga saat ini. Termasuk bagi Bali, meski pariwisata telah berangsur pulih, belum berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian pasar ekspor juga belum maksimal.

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Bali, Panudiana Kuhn, Minggu (2/10) mengatakan, kondisi ekspor saat ini belum membaik. Produk garment, tekstik, handycraft, sepatu dan lainnya belum pulih. “Terkecuali batu bara dan kelapa sawit, sudah membaik. Kalau yang lain masih masalah, karena di negara lain juga masih sepi karena lockdown kemarin. Apalagi pariwisata belum booming,” ujarnya.

Saat ini, ia melihat, keberadaan pesawat sebagai transportasi udara tidak seramai sebelum pandemi Covid-19. Meskipun ada, kata dia, harga tiketnya kini relatif mahal. Pesawat yang mestinya terbang, justru “nongkrong” selama dua tahun, dan jika akan dioperasionalkan kembali, tentunya memerlukan biaya untuk penyegaran.

Kendati wisatawan mancanegara mulai ramai ke Bali, tetapi diakuinya, lebih banyak berada di wilayah Nusa Dua atau merupakan tamu dari delegasi KTT G20 dan sekitarnya. Sehingga, hotel-hotel yang terdampak pun masih seputar wilayah Nusa Dua saja.

“(G20 terhadap pariwisata Bali) Membantu, tapi belum semua terbantu. Hotel-hotel di Jalan Dewi Sri, Jalan Sunset Road, jual murah saja (kamarnya) belum laku. Sekarang terbantu dari tamu Australia, mereka paling banyak datang ke Bali. Cina belum masuk, Korea baru akan, Taiwan sudah mulai. Dulu kan Cina ramai sebelum pandemi,” tuturnya.

Di samping itu, menurut dia, Perang Eropa, antara Rusia dan Ukraina dampaknya cukup meluas. Hal ini memerlukan waktu untuk mereda. Pihaknya pun tidak menyangkal saat disinggung apakah sekiranya akan ada badai PHK ke-2 di Bali. “Kita tinggal menunggu saja (badai PHK ke-2),” katanya.

Namun demikian, pihaknya berharap, setelah KTT G20 sukses, turis akan lebih banyak datang ke Bali. Itupun, tambah dia, jika negaranya tidak terkena resesi. “Karena yang berlibur kan yang punya uang, tapi sekarang yang punya uang pun tidak banyak. Indonesia yang punya uang mungkin sekitar 10 persen dari jumlah penduduk 270 juta orang,” katanya.

Saat ini, kedatangan wisman Australia sebagai kantong turis Bali sangat diharapkan. Sebab Australia memiliki catatan waktu lama tinggal di Bali yang cukup panjang. “Singapura liburan paling lama 4 hari, karena dekat. Malaysia juga begitu. Korea 3-4 hari kalau ke Bali, Jepang juga sama, tidak bisa lama-lama seperti orang Eropa. Eropa biasanya dua-tiga minggu, kalah jauh. Australia seminggu. Mudah-mudahan Australia ekonominya bagus, meski penduduknya sedikit, tapi tidak apa-apa. Problemnya kita tidak bisa jemput mereka,” terangnya.

Sebelumnya BPS Provinsi Bali melaporkan, nilai ekspor barang Provinsi Bali ke luar negeri pada Juli 2022 tercatat naik 0,35 persen (m-t-m), dari 49.930.457 dolar AS pada Juni 2022 menjadi 50.104.840 dolar AS. Bila dibandingkan dengan Juli 2021 (y-o-y), nilai ekspor Bali bulan Juli 2022 tercatat naik 48,53 persen.

Dari 5 besar negara tujuan ekspor Bali pada Juli 2022, nilai Ekspor ke Australia tercatat naik paling tinggi secara month to month (57,95 persen). Peningkatan ini terutama disebabkan karena naiknya ekspor produk logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71). Nilai ekspor kumulatif pada periode Januari-Juli 2022 tercatat sebesar 349.527.214 dolar AS, naik 25,71 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Berlawanan arah dengan ekspor Bali, kinerja impor Provinsi Bali pada Juli 2022 menunjukkan penurunan. Nilai impor barang Provinsi Bali dari luar negeri pada Juli 2022 tercatat sebesar 8.366.211 dolar AS, turun 20,78 persen dibandingkan pada Juni 2022 (m-t-m) yang tercatat sebesar 10.560.978 dolar AS. Secara year on year, nilai impor Provinsi Bali pada Juli 2022 tercatat meningkat setinggi 372,18 persen.

Dari 5 besar negara asal impor pada Juli 2022, nilai impor dari Hongkong tercatat mengalami penurunan paling dalam secara month to month (-54,68 persen), yang utamanya disebabkan oleh turunnya impor produk logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71). Secara kumulatif, nilai impor pada periode Januari-Juli 2022 tercatat sebesar US$ 37.205.769 naik 57,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. *wid