Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliHarga Beras Merangkak Naik di Tabanan

Harga Beras Merangkak Naik di Tabanan

Harga beras di tingkat usaha penggilingan padi merangkak naik di Kabupaten Tabanan saat ini.

Tabanan (bisnisbali.com)–Harga beras di tingkat usaha penggilingan padi merangkak naik di Kabupaten Tabanan saat ini. Itu tercermin dari beras kualitas medium yang sebelumnya Rp9.200 per kilogram, kini melesat ke harga Rp10.500 per kilogram, sedangkan kualitas super dibanderol Rp12.000 per kilogram.

“Kenaikan harga beras medium ke level Rp10.500 per kilogram dan kualitas super menjadi Rp12.000 per kilogram sudah terjadi sejak satu minggu terakhir. Melonjak di kisaran Rp1.000 hingga Rp1.300 per kilogram dari harga sebelumnya,” tutur A.A. Made Sukawetan, salah seorang pengusaha penggilingan padi di Tabanan, Selasa (20/9).

Melonjaknya harga beras di tingkat usaha penyosohan dipicu oleh luas panen padi di tingkat lokal sudah jauh menurun dibandingkan sebelumnya. Itu pula kemudian membuat harga beli gabah kualitas gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi cukup mahal. Kini, harga gabah kualitas GKP di petani sudah naik hingga menyentuh Rp5.600 per kilogram, jauh melesat dari posisi Rp4.800 per kilogram sebelumnya. “Hampir tidak ada panen padi saat ini. Kalau pun ada luasnya terbatas, tidak seimbang dengan kapasitas mesin,” ujarnya.

Bercermin dari kondisi tersebut, Sukawetan yang juga menjabat Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Bali memprediksi harga beras berpotensi naik dalam waktu dekat. Apa lagi kondisi yang sama juga terjadi pada harga beras hasil produksi petani dari luar Bali.

Hal senada juga diungkapkan Ketua DPC Perpadi Tabanan Ketut Budiarta. Menurutnya, harga beras di tingkat usaha penggilingan padi tengah naik. Tren kenaikan harga terjadi bertahap, mulai dari Rp9.000, lanjut ke harga Rp9.200, Rp9.500 hingga menyentuh harga Rp10.000 per kilogram saat ini.

Dikatakannya, melonjaknya harga beras disebabkan luas panen padi terbatas. Hal ini diperparah lagi dengan adanya perubahan pola tanam di sejumlah sentra produksi di Tabanan bagian selatan. Kalau sebelumnya melakukan pola tanam padi tiga kali setahun, kini hanya dua kali musim tanam padi dan satu kali musim tanam mengembangkan tanaman palawija. Akibatnya, stok gabah yang ada di tingkat petani berkurang.

“Saya bahkan pernah sampai satu minggu tidak jualan atau produksi beras, karena sama sekali tidak dapat beli gabah. Sementara saat ini dapat gabah, langsung proses dan langsung habis terjual. Tidak ada stok di gudang,” jelas Budiarta. *man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer