Denpasar (bisnisbali.com)-Kenaikan harga BBM memberi pengaruh terhadap kenaikan harga komoditi pasar, termasuk kebutuhan pokok. Hal ini juga berimbas bagi pedagang di pasar tradisional yang penjualannya kian menurun. Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Bali Sudadi Murtadho, saat diwawancarai Jumat (16/9) kemarin, mengatakan, pembeli saat ini tidak seaktif sebelum kenaikan harga BBM. Menurutnya dampak yang disarakan akibat kenaikan harga BBM sangat luar biasa. Terutama untuk kebutuhan pokok, yang kenaikan harga mulai terjadi. “Seperti telur belum ada perubahan, minyak goreng juga masih tinggi. Demikian cabai dan lain-lainnya masih tinggi juga,” ungkapnya.
Kenaikan harga kebutuhan pokok ini dikatakannya mulai berlangsung seminggu setelah pengumuman kenaikan harga BBM. Dia menengaskan ketika pengumuman kenaikan BBM, tidak serta merta membuat harga naik komoditi pasar naik. “Pedagang kalau beli murah, jualnya murah. Kalau beli tinggi jualanya tinggi juga,” terangnya.
Tak dipungkiri, kenaikan harga produk ini menurutnya, membuat pasar sepi karena masyarakat menekan jumlah belanja. Terlebih di Bali yang merasakan dampak luar biasa dari covid-19 di bidang ekonomi, kondisi ini makin memperparah keadaan. Geliat pariwisata yang diharapkan terjadi saat ini pun diakui Sudadi, tidak memberi dampak signifikan terhadap permintaan pasar.
Kondisi ini dikatakannya, cukup sulit bagi pedagang. Di satu sisi jika tetap berjualan harus siap dengan kondisi pasar sepi dan jika memilih tutup, juga tidak memberikan hasil. “Ini bukan dilema lahi, memang menjadi kebiasaan pedaganh harus mengambil keputusan tetap berjualan, meski sepi pembeli,” ujarnya.
Bantuan dari pemerintah, dikatakan Sudadi sangat menjadi harapan bagi pedagang saat ini. Dengan demikian dia berharap, agar program bantuan juga bisa sampai ke pedagang. “Tahun lalu pedagang dapat bantuan Rp1,2 juta (BPUM). Kalau tahun ini belum,” imbuhnya. *wid