’’Spending Money” Wisman di Bali Capai Rp 1,42 Juta Per Hari

Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri menghantam sektor pariwisata di Pulau Dewata dan berimbas pada kondisi ekonomi di daerah ini. Sektor pariwisata yang selama ini menjadi devisa bagi Bali ikut terpuruk di mana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ikut turun tajam ke titik terendah termasuk spending money.

426
TITIK TERENDAH - Terpuruknya sektor pariwisata yang selama ini menjadi devisa bagi Bali yang ditunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ikut turun tajam ke titik terendah termasuk spending money.

Denpasar (bisnisbali.com) – Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri menghantam sektor pariwisata di Pulau Dewata dan berimbas pada kondisi ekonomi di daerah ini. Sektor pariwisata yang selama ini menjadi devisa bagi Bali ikut terpuruk di mana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ikut turun tajam ke titik terendah termasuk spending money.

“Kini di tengah mulai membaiknya kondisi kasus Covid-19 serta pelonggaran perjalanan luar negeri tak dipungkiri sudah mulai ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Termasuk momen Bali sebagai tuan rumah kegiatan G20 cukup banyak mempengaruhi jumlah kunjungan wisman,” kata pengelola salah satu restoran di Sanur, Agung Widarta, Selasa (13/9).

Tetapi ia menekankan jumlah kunjungan wisman tersebut kendati sudah mulai merangkak naik namun belum merata ke objek wisata. Harapan kini dengan terselenggaranya G20 di Bali bisa menjadi obat mujarab untuk mendatangkan lebih banyak wisman termasuk dari sisi spending money mereka.

Terkait hal itu Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali, G.A. Diah Utari belum lama ini menyebutkan, pergeseran kondisi wisman di Bali dapat dilihat dari menurunnya length of stay atau lama tinggal wisman di Bali dari 9,45 hari pada tahun 2019, menjadi 2,41 hari tahun 2022. “Begitu pula dilihat dari spending money atau pengeluaran uang wisman di Bali dari Rp 2,04 juta per hari pada 2019, turun menjadi Rp 1,42 juta per hari tahun 2022,” katanya.

Itu terjadi karena  shifting kondisi wisman di Bali dari length of stay menurun signifikan. Belanja harian juga turun menjadi setengahnya. Kemudian rasio konversi dari pelaku perjalanan yang datang untuk berwisata di Bali ini menurun dari 91,4 persen menjadi 90,7 persen.

Sementara itu dari sisi negara asal wisman, Australia masih konsisten sebagai penyumbang wisman terbanyak ke Bali. Selain itu setelah pandemi, kedatangan wisman dari India ternyata secara gradual meningkat hingga mencatat posisi ketiga di tahun 2022.

Sementara berdasarkan survei yang dikumpulkan Bank Indonesia, wisman dari India merupakan wisatawan dengan kategori high spender atau pengeluaran tinggi selama berwisata dan waktu tinggal yang cukup lama di kisaran 12-15 hari di Bali. Dengan melihat berbagai perkembangan terkini tersebut, BI memproyeksikan sampai dengan Desember 2022 jumlah wisman sekitar 22,9 persen dari kedatangan wisman di tahun 2019 atau sekitar 1,43 juta, sementara untuk wisnus (wisatawan nusantara) 67,3 persen atau sekitar 7,1 juta kedatangannya sampai dengan akhir Desember. *dik