Minggu, November 24, 2024
BerandaBaliGelombang Tinggi, Nelayan di Tabanan Diimbau Tak Melaut

Gelombang Tinggi, Nelayan di Tabanan Diimbau Tak Melaut

Para nelayan di Kabupaten Tabanan diimbau tidak melaut untuk sementara waktu menyusul gelombang tinggi di pantai selatan.

Tabanan (bisnisbali.com)–Para nelayan di Kabupaten Tabanan diimbau tidak melaut untuk sementara waktu menyusul gelombang tinggi di pantai selatan. Hal itu guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

“Dua hari lalu sudah saya infokan kepada para nelayan, termasuk di grup WA nelayan Tabanan terkait perkiraan cuaca bahwa sedang terjadi gelombang tinggi di bagian pantai selatan Tabanan. Jadi, mohon berhati-hati melaut atau sementara tunda dulu melaut,” terang Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan Ketut Arsana Yasa, Rabu (31/8).

Saat ini rata-rata ketinggian gelombang pantai di selatan Tabanan berkisar 2,5 meter hingga 3,5 meter, bahkan bisa sampai 4 meter. Bercermin dari itu ia mengimbau selain menunda melaut, nelayan diharapkan mengamankan alat tangkap. Imbauan ini juga untuk masyarakat yang ingin berenang di laut atau melakukan aktivitas di pinggir pantai. “Sementara ini agar menunda dulu kegiatan tersebut karena gelombang tinggi berpotensi menimbulkan arus yang sangat kuat dan bisa menyeret siapa saja ke tengah laut,” jelasnya.

Gelombang tinggi itu sesuai perkiraan BMKG akan turun menjadi 1,5 meter hingga 2,5 meter pada Kamis mendatang. Walaupun begitu, ketinggian ombak tersebut belum juga aman untuk melaut. ”Jadi, sampai hari Kamis mendatang kita belum berani melaut juga, meski ketinggian gelombang sudah menurun dibanding sebelumnya,” ujar Arsana Yasa.

Pria yang juga anggota DPRD Tabanan tersebut menyebut gelombang tinggi di laut selatan kali ini merupakan siklus tahunan yang selalu terjadi. Ketinggian gelombang yang tidak teratur dipicu oleh hembusan angin dari Benua Australia atau yang disebut dengan angin monsun Australia. “Rupanya angin monsun Australia berdampak pada gelombang di perairan selatan Indonesia. Itu sudah terjadi setiap tahun,” tambahnya.

Seiring terjadinya gelombang tinggi, pada periode Juli-Agustus jumlah tangkapan nelayan di Tabanan khususnya lobster mengalami penurunan daripada biasanya. Pada 2022 ini bahkan bisa dibilang jumlah tangkapan terendah sepanjang 10 tahun terakhir. Itu berlaku bagi nelayan yang melaut pada siang hari, sedangkan yang melaut malam hari jumlah tangkapannya masih normal. ”Tidak tahu apa sebabnya. Tetapi kemungkinan kondisi tersebut dipicu oleh migrasi lobster yang tidak tertuju ke perairan Tabanan, namun menuju perairan daerah lain,” kilah Ketua DPC HNSI Kabupaten Tabanan. *man                                                                                                

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer