Denpasar (bisnisbali.com)- Kenaikan harga BBM bersubsidi jenis pertalite tentu akan mempengaruhi tarif jasa angkutan, terutama angkutan sewa. Kondisi ini membuat dilema, dikarenakan penyesuaian tarif harus dilakukan di tengah perekonomian masyarakat masih lemah.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bali I Ketut Eddy Dharma Putra, Rabu (24/8) mengatakan, jika memang ada kebijakan penyesuaian harga pertalite, tentu pihaknya harus menyesuakan harga tarif angkutan. “Permasalahannya kan harus dihitung berapa tarifnya dan itu suatu dilema. Kalau kita menghitung dengan tarif tinggi, daya beli masyarakat masih rendah. Disitu kita bisa ditinggalkan nanti, malah beralih ke angkutan pribadi dan lainnya,” ungkap Eddy.
Untuk taksi dan jasa angkutan umum menggunakan pertalite, sementara untuk angkutan barang dan bus pariwisata menggunakan solar. Menurutnya, ini menjadi problem yang harus dipecahkan bersama, sehingga tarif tersebut bisa sesuai dengan data dan daya beli masyarakat. Diungkapkannya, pembahasan penyesuain tarif nantinya akan dilakukan dengan Dinas Perhubungan.
Eddy mengatakan, setiap komponen jika ada peningkatan, pasti akan berpengaruh pada tarif itu sendiri. Namun yang menjadi perhatian saat ini adalah daya beli masyarakat. “Contoh dengan harga avtur naik, harga tiket pesawat kan melambung tinggi. Malah Presiden minta untuk ditinjau ulang lagi, memerintahkan kepada dua menteri. Artinya daya beli masyarakat juga menjadi suatu perhitungan, mana yang masih perlu disubsidi, mana yang tidak,” terangnya.
Untuk itu Eddy berharap agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang seperti sedia kala atau meningkat. “Mudah-mudahan di dalam G20 nanti setitik cerah harapan, daya beli masyarakat akan tinggi, dengan sendirinya kenaikan-kenaikan tersebut tidak akan berarti. Tetapi dengan daya beli masyarakat masih rendah, begitu ada kenaikan, kan bisa ada gejolak,” imbuhnya. *wid