Kenaikan Harga Tiket Pesawat, Dinilai Hambat Pemulihan Pariwisata Bali

Dikeluarkannya izin menaikan harga tiket pesawat oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tentu memberi kendala bagi pemulihan pariwisat Bali. Pasalnya hal ini diyakini akan berimbas pada masyarakat yang akan melakukan perjalanan dan memberi pengaruh terhadap kunjungan ke Bali di tengah persaingan tarif lebih murah ke negara lain.

289
KENDALA - Situasi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Kenaikan harga tiket pesawat dinilai memberi kendala bagi pemulihan pariwisata Bali.

Denpasar (bisnisbali.com) – Dikeluarkannya izin menaikan harga tiket pesawat oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tentu memberi kendala bagi pemulihan pariwisat Bali. Pasalnya hal ini diyakini akan berimbas pada masyarakat yang akan melakukan perjalanan dan memberi pengaruh terhadap kunjungan ke Bali di tengah persaingan tarif lebih murah ke negara lain.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Bali, Simon Purwa saat ditemui beberapa waktu lalu menjelaskan, izin kenaikan harga tiket dengan memberikan ruang kepada maskapai untuk menaikkan biaya tambahan (surcharge) maksimal 15 persen dari tarif batas atas untuk pesawat jet dan 25 persen bagi pesawat jenis baling-baling. Perihal tersebut, kata dia, dipastikan akan berimbas pada masyarakat yang akan melakukan perjalanan terutama dengan budget terbatas. Ia menilai, hal ini tidak sejalan dengan program reaktivasi pariwisata secara umum.

Kendati demikian, pihaknya mengakui, hal ini juga menjadi dilema tersendiri bagi pihak maskapai. “Memang dilema juga, airlines tidak bisa bertahan, apabila harga tidak naik. Ada dilema di sini, umumnya saat harga transportasi mengalami kenaikan, maka akan menjadi kontribusi pemicu kenaikan harga barang lainnya. Namun kita sadari, operasional maskapai juga tinggi, dan dibutuhkan adanya kenaikan ini,” katanya.

Padahal sebetulnya, ungkap dia, pihaknya berharap semakin banyak maskapai yang menambah frekuensi penerbangan, maka harga pasar akan terpenuhi juga dengan kapasitas yang bertambah. Diharapkannya, pemerintah tetap dapat memfasilitasi hal ini dengan membuka slot penerbangan untuk maskapai yang siap menambah frekuensi.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengatakan, terkait melambungnya harga tiket pesawat menuju Bali, pihaknya telah berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat. “Sekarang tiket ke Bali sangat mahal, pesawat dari Australia ke Bali mahal dibandingkan Australia ke Thailand. Bagaimana kita bersaing? Hotel dan destinasi kita bagus, hutang bisa direlaksasi 3 tahun kebelakang namun pesawat tidak memadai,” katanya.

Harusnya, antara supply dan demand bisa berimbang. Bali harus mengetahui apa pasar yang diinginkan. Salah satunya pada tiket pesawat dan promosi lebih kompetitif ini yang harus disinergikan. Sementara mengenai untuk mengatasi harga tiket pesawat, hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat.

“Itu kebijakan yang ada di Pusat itu masalah bagi kami, sehingga agak sulit bagi kami. Kami juga memohon pada Pusat, kenapa kalau penerbangan daerah-daerah lain bisa disubsidi silang oleh negaranya mungkin Pusat yang tahu, kalau kami tidak tahu walaupun kami sudah berusaha memberi masukan agar tiket pesawat bisa dikasih harga yang wajar untuk ke Bali,” paparnya.

Menurut Cok Ace, kompensasi dari tiket pesawat mahal ini membuat industri pariwisata di Bali lebih bekerja keras kembali. Seperti memperbaiki destinasi wisata yang ada di Bali, dan tentu saja hal tersebut kembali lagi pada permodalan di Industri Pariwisata. “Kualitas berbanding lurus dengan harga, tamu yang bayar tiketnya mahal urusannya susah tentu juga harus memberikan pelayanan terbaik. Dan pelayanan itu yang menjadi masalah bagi kami,” imbuhnya. *wid