Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerhati ekonomi dari Universitas Udayana Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si. menyambut positif ekonomi Bali pada triwulan II/22 ini sudah dalam dalam posisi yang lebih baik dibanding 2020-2021. Tetapi, bila komparasinya kondisi ekonomi Bali sebelum Covid-19, maka jelas sangat berbeda karena sumbangan sektor pariwisata masih mendominasi membentuk PDRB Bali.
“Begitu sebaliknya dengan adanya Covid-19 menjadikan ekonomi Bali jatuh terpuruk, karena tidak ada kunjungan wisatawan dari luar negeri dan wisatawan domestik juga terbatas, belum lagi ditambah dengan adanya pembatasan sosial skala besar dan sebagainya yang membuat perekonomian Pulau Dewata terpuruk,” katanya di Denpasar, Senin (8/8).
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud ini menyebutkan, bila mencermati tren pertumbuhan pada tahun ini, memang terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi selaras dengan pelonggaran aktivitas sosial ekonomi, landainya kasus Covid-19, dibukanya penerbangan dari dan keluar Bali dan seterusnya.
Pertanyaan kini kapan ekonomi Bali bisa pulih sebelum pandemi? Krisna pun menilai untuk mengejar situasi perekonomian Bali agar seperti atau bahkan melebihi situasi sebelum era Covid-19 bukanlah perkara enteng alias tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Di sini memang perlu kerja ekstra, kolaborasi penta helix (antar-stakeholders),” paparnya.
Pihaknya pun melihat masih celah ekonomi Bali untuk segera pulih dengan melihat potensi ekonomi kreatif dan ekonomi digital di daerah ini yang harus terus digalakkan secara kualitas dan kuantitas sebagai leverage side untuk memacu pertumbuhan ekonomi Bali. Di sisi lain Krisna juga melihat pemerintah sudah sangat serius membenahi ekonomi melalui deskresi fiskal, pengeluaran untuk membiayai proyek-proyek padat kerja, maupun kegiatan skala nasional -internasional yang telah dan akan terselengggara di Bali.
Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pada triwulan II-2022, nilai tambah yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi di Bali jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 37,94 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2022 yang tercatat hanya Rp 35,33 triliun. “Peningkatan tersebut menyebabkan ekonomi Bali pada triwulan II-2022 dibandingkan dengan triwulan I-2022 (q-to-q) tercatat tumbuh sebesar 7,38 persen,” kata Kepala BPS Bali, Hanif Yahya. “Jika diakumulasikan pertumbuhan triwulan I-2022 sampai dengan triwulan II-2022, maka ekonomi Bali pada semester I-2022 tercatat tumbuh sebesar 2,27 persen (c-to-c),” imbuhnya.
Diterangkan kondusifnya pengendalian pandemi Covid-19 pada triwulan II-2022 membuka jalan bagi peningkatan aktivitas ekonomi maupun sosial masyarakat di Bali. Sejumlah momentum pada triwulan II-2022 dapat berlangsung secara optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga mampu memberikan manfaat yang besar terhadap perekonomian.
Di antaranya, perayaan hari raya Idul Fitri serta Galungan dan Kuningan, masa liburan sekolah, pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) dan pencairan tunjangan hari raya (THR) untuk para ASN serta utamanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. “Hal tersebut menyebabkan tingginya tingkat permintaan yang mendorong kenaikan produksi lapangan usaha di Bali,” ujarnya. *dik