Tabanan (bisnisbali.com)–Performa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan semakin membaik pada semester I tahun 2022. Salah satunya tercermin dari perolehan laba yang melonjak mencapai Rp21.089.350.000. Akan tetapi kondisi tersebut dibayangi adanya 65 LPD yang berpotensi ‘’sakit’’ atau bermasalah karena dari segi penilaian kesehatan berada di bawah angka yang seharusnya.
Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa (LPLPD) Kabupaten Tabanan mencatat, pada semester I 2022 perolehan laba tersebut ditopang oleh 263 LPD dari jumlah LPD yang mencapai 309 unit usaha, sedangkan sisanya 46 masuk dalam kategori LPD macet. Pencapaian laba LPD ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya mengantongi Rp19.936.145.000.
Peringkat lima besar LPD di Kabupaten Tabanan yang mengantongi laba terbesar masing-masing LPD Beraban dengan perolehan laba mencapai Rp1.312.346.000, LPD Kukuh Rp1.067.889.000, LPD Bedha Rp1.003.536.000, LPD Nyitdah Rp706.224.000 dan LPD Buwit Rp458.560.000.
LPD di Tabanan juga mengalami hal yang sama dari sisi pencapaian aset. Pada semester I 2022 perolehan aset LPD mencapai Rp2.013.315.951.000 atau meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mengantongi Rp1.920.383.197.000.
Perolehan aset tersebut di antaranya disumbang oleh LPD Bedha yang sekaligus berada di posisi teratas dengan pencapaian Rp208.821.046.000. Selanjutnya LPD Beraban Rp127.652.646.000, LPD Kukuh Rp93.283.924.000, LPD Kekeran Rp56.568.411.000 dan LPD Kediri Rp54.495.153.000.
Wakil Koordinator LPLPD Kabupaten Tabanan Made Wiramajaya, S.E., Jumat (5/8), mengungkapkan tahun ini performa LPD di Tabanan secara umum sudah mulai membaik dibandingkan periode sebelumnya. Ia memprediksi salah satu pemicunya adalah geliat ekonomi masyarakat yang mulai bangkit setelah sebelumnya terdampak pandemi Covid-19. Hal ini juga menggerakkan penyaluran kredit di kalangan LPD sebagai modal kerja.
Selain itu, ada potensi jaminan kredit atau agunan kredit yang dikantongi LPD sebelumnya kini beberapa sudah berhasil dieksekusi atau dilunasi oleh debitur. Meningkatnya serapan kredit dan pelunasan debitur mendorong naiknya perolehan laba LPD pada semester I tahun ini. “Selama ini pendapatan LPD hanya bersumber dari jumlah kredit yang disalurkan ke krama,” tuturnya.
Di balik performa LPD yang mulai membaik, jelas Wiramajaya, Kabupaten Tabanan masih mengantongi LPD bermasalah dan ada potensi jumlahnya bertambah jika tidak segera dibenahi oleh pengurusnya. Potensi LPD bermasalah diukur dari penilaian kesehatan yang mana nilai yang diperoleh berada di bawah ketentuan.
Penilaian tersebut di antaranya mengacu pada Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan penilaian kesehatan, dari 263 LPD aktif di Tabanan tercatat 139 masuk kategori sehat, 60 masuk kategori cukup sehat, 44 masuk kategori kurang sehat dan 21 LPD masuk kategori tidak sehat.
LPD yang masuk kategori kurang sehat dan tidak sehat yang total mencapai 65 LPD berpotensi bermasalah atau sakit jika tidak segera dilakukan pembenahan. Di sisi lain, jumlah LPD yang berpotensi bermasalah ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dibandingkan April 2022 lalu yang mencapai 70 LPD.
“70 LPD tersebut kami dampingi di antaranya melalui problem solving (pemecahan masalah), sehingga jumlahnya menurun menjadi 65 LPD. Target kami jumlah tersebut bisa terus ditekan, paling tidak bisa turun menjadi 40 LPD pada akhir tahun ini,” pungkas Wiramajaya. *man