Tabanan (bisnisbali.com)–Hama masih menjadi ancaman produksi pertanian padi di Kabupaten Tabanan. Dinas Pertanian (Distan) Tabanan mencatat selama periode Juli 2022 belasan hektar sawah di sejumlah kecamatan mengalami dampak serangan hama yang menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang.
Di Kecamatan Selemadeg, dari total luas sawah 294 hektar yang terkena dampak serangan hama penggerek batang (PB) seluas 5 hektar dengan intensitas ringan. Di Selemadeg Barat dari total luas sawah 162 hektar yang terkena dampak serangan hama PB mencapai 2 hektar dengan intensitas ringan. Di Tabanan dari total luas 1.808 hektar yang terkena dampak serangan hama wereng batang cokelat (WBC) dan hama kresek masing-masing 1 hektar dengan intensitas ringan.
Selanjutnya di Kecamatan Penebel serangan hama WBC menyerang tanaman padi dari total luas 1.719 hektar yang terdampak mencapai 2 hektar dengan intensitas serangan rusak sedang. Di Kerambitan dari total luas tanaman padi 1.038 hektar yang terserang hama tikus mencapai 3 hektar dengan intensitas rusak ringan. Di Kediri dari total luas tanam padi 1.998 hektar terserang hama tikus seluas 2 hektar dengan intensitas ringan dan terserang hama kresek seluas 1 hektar dengan intensitas ringan. Sementara di Baturiti dari luas total 279 hektar terserang hama tikus seluas 2 hektar dengan intensitas 1 hektar rusak ringan dan 1 hektar rusak sedang.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia, Kamis (4/8), mengungkapkan serangan hama masih menjadi ancaman pada produksi pertanian seperti padi, cabai dan jagung. Beberapa tingkat serangan hama bahkan berdampak pada gagal panen. Salah satunya terjadi di Subak Merta, Desa Senganan, Penebel, serangan hama tikus mencapai 156,68 hektar tanaman padi. “Info tersebut kami terima dari pekaseh di Subak Merta. Jadi, pada masa tanam Agustus ini kami melalui BPP Penebel mendampingi mulai dari penyemaian, tahap budi daya, hingga panen,” tuturnya.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padi, cabai dan jagung, pihaknya menekankan pada penggunaan cara yang ramah lingkungan. Guna menyikapi serangan hama tikus pada tanaman padi menggunakan bio enzim tikus dengan perhitungan 156 liter atau 1 liter per hektar, kemudian memakai eco enzyme untuk mengatasi serangan hama pada tanaman cabai. “Kami coba mengurangi penggunaan obat-obatan kimia untuk penanganan hama dan penyakit pada tanaman. Kami bekerja sama dengan Yayasan Bhakti Ring Pertiwi,” ujarnya.
Subagia menjelaskan, secara umum tingkat serangan hama memang berpotensi berpengaruh pada pencapaian target produksi, namun persentasenya tidak banyak. Sebab, tanaman padi yang terdampak tidak besar dan penurunan produksi ini masih bisa dikejar pada musim tanam berikutnya. Terlebih lagi rata-rata produktivitas tanaman padi di Kabupaten Tabanan cukup tinggi berkisar 6,4 ton per hektar. Bahkan, ada yang mencapai 8,8 ton per hektar di sentra produksi padi di Penebel.
Koordinator POPT Tabanan I Gusti Putu Purnayasa, S.P., menambahkan saat ini jenis hama yang mengalami tren meningkat adalah serangan tikus. Sementara jenis serangan lain atau selain tikus pada tanaman padi cenderung menurun menjelang panen dan beberapa petani mulai menanam padi.
Serangan hama tikus sebagian besar terjadi di Kecamatan Marga, Penebel dan Baturiti. Itu terjadi karena didukung oleh topografi dan keadaan lingkungan di daerah tersebut. Pengendalian serangan hama dilakukan melalui gerakan pengendalian (gerdal) dan mengedepankan pengendalian hama yang ramah lingkungan. *man