Harga Daging Ayam Diprediksi Tetap Tinggi

Harga daging ayam potong di pasaran mengalami kenaikan sejak beberapa pekan terakhir dari Rp35.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Kondisi ini diprediksi akan terus berlanjut, mengingat harga pakan dan day old chicken (doc) yang terus melambung.

193
HARGA TINGGI - Penjualan daging ayam di pasar tradisional. Harga daging ayam potong yang tinggi di pasaran diprediksi masih berlanjut, mengingat harga pakan dan day old chicken (doc) yang terus melambung.

Denpasar (bisnisbali.com) – Harga daging ayam potong di pasaran mengalami kenaikan sejak beberapa pekan terakhir dari Rp35.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Kondisi ini diprediksi akan terus berlanjut, mengingat harga pakan dan day old chicken (doc) yang terus melambung.

Ketua Perhimpunan Insan Perungggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali I Ketut Yahya Kurniadi, Rabu (27/7), mengatakan, saat ini harga proses produksi (HPP) telah mencapai Rp23.000 per kilogram dari sebelumnya Rp22.000 per kilogram. HPP ini diperkirakan akan lebih tinggi lagi pada panen selanjutnya, mengingat harga doc saat ini juga ikut naik. “Sebelumnya kan sempat Rp4.000 hingga Rp5.000 per ekor. Sekarang sudah Rp7.000 lagi.  Kita hitung panen sekarang HPP sudah Rp23.000. dengan doc Rp7.000 maka HPP bisa Rp23.500,” ujarnya.

Demikian dia mengatakan, masyarakat sudah harus membiasakan harga ayam yang tinggi saat ini, mengingat harga pakan terus mengalami kenaikan, termasuk juga doc. Saat ini harga ayam di tingkat peternak telah menyentuh angka Rp25.500 per kilogram, setelah sebelumnya sempat merosot di bawah HPP yaitu Rp17.500 per kilogram.

Selain pengaruh kenaikan harga pakan dan doc, Yahya juga menyebutkan faktor lain yang membuat harga ayam tinggi, yaitu kualitas pertumbuhan ayam yang tidak bagus. Hal ini dikatakannya, berkaitan dengan kualitas bahan baku pakan yang merupakan dampak dari pengaruh perang Rusia dan Ukraina.

Disinggung soal populasi, Yahya mengatakan, mungkin saat ini ada sedikit pengurangan, namun jika dibandingkan pada saat tingginya kasus covid-19, sudah mulai ada peningkatan saat ini. “Baru kembali ke posisi 2019 awal. Sebaran masih  sekitar 7 juta ekor per bulan,” ungkapnya.

Kendati demikian, Yahya mengatakan, saat ini yang terjadi justru pergeseran jumlah populasi di peternakan mandiri dengan pabrik. Jika sebelumnya peternak mandiri dan mitra mandiri bisa mengisi hingga 40 persen populasi, saat ini hanya 20 persen. Lagi 80 persen diisi oleh pabrik.

Hal ini dikatakannya, karena banyak peternak yang gulung tikar sejak 2019 dihantam kerugian dan 2020-2021 dihantam pandemi. Selain itu, karena harga pakan dan doc tinggi membuat kemampuan peternak memilihara jadi berkurang. *wid