Denpasar (bisnisbali.com) – Budi daya padi salibu mulai dikembangkan di Bali. Metode ini memberikan keuntungan lebih bagi petani. Pasalnya, petani bisa panen berkali-kali dengan sekali tanam. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada, Senin (18/7), mengatakan, padi salibu menjadi inovasi terbaru dalam dunia pertanian khususnya padi. Budidaya padi salibu juga dikatakannya menjadi peralihan pertanian biasa menuju pertanian organik.
Dengan metode salibu, dijelaskannya, batang padi setelah dipotong (panen) akan tumbuh lagi yang tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Kondisi ini membuat tanaman menjadi kuat dan hasil panen bisa lebih banyak. Dikatakannya, metode padi salibu ini bisa memberikan panen hingga 3 kali dalam sekali tanam. Bahkan panen kedua hasil yang diberikan lebih banyak dengan waktu lebih singkat. “Pada tanam pertama, membutuhkan waktu 80 hari. Setelah panen, 70 hari kemudian sudah bisa panen lagi. Hasilnya juga lebih banyak,” ungkapnya.
Pada panen pertama setelah tanam, dikatakan Sunada petani bisa mendapatkan hasil hingga 7,5 ton per hektare lahan. Sementara hasil berikutnya dengan memanfaatkan perkembangan tunas baru (tanpa menanam lagi) hasilnya sekarang menjadi 8 ton.
Sunada menuturkan, di Bali budi daya padi salibu ini sudah empat kali diujicobakan. Uji coba pertama dilakukan di Grogak, Buleleng dengan hasil yang bagus, namun pada uji coba kedua hasilnya gagal, karena ketidak cocokan varietas. “Pilot project ketiga di Sidan, hasilnya kembali bagus. Begitu juga keempat hasilnya bagus,” terangnya.
Pemeliharaan salibu ini juga sama dengan merawat padi secara konvensional. Yakni perlu pemupukan dan juga penyemprotan. “Ini diawasi dan rawat dengan telaten, sehingga hasilnya bagus,” imbuhnya. *wid