Mangupura (bisnisbali.com) –Pengelolaan ekonomi Indonesia dihadapkan pada permasalahan ekonomi global yang kompleks dan dinamika yang diwarnai oleh ketikdakpastian. Dalam menghadapi permasalahan tersebut tidak dapat hanya mengandalkan satu kebijakan.
Karenanya diperlukan bauran kebijakan bank sentral, yang tidak terbatas hanya pada bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial, namun juga mengoptimalkan kebijakan di sistem pembayaran. Konsep bauran kebijakan perlu dipahami dengan baik dan perlu terus dilakukan enhancement agar dapat menavigasi perubahan lingkungan strategis dan tantangan ke depan.
Hal ini mengemuka dalam seminar “Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery” yang merupakan rangkaian hari ketiga side event rangkaian G20 Finance Track: Finance and Central Bank Deputies (FCBD) dan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Nusa Dua.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menekankan pentingnya inovasi dan sinergi kebijakan serta kolaborasi yang kuat untuk mendukung penguatan kerangka bauran kebijakan yang efektif. Berbagai risiko yang muncul belakangan ini tidak dapat dimitigasi hanya oleh satu kebijakan untuk menjaga stabilitas makro-finansial.
Berbagai pemikiran dalam flagship program Central Bank Policy Mix tersebut didetailkan dalam 4 bagian besar, yaitu pertama, eksplorasi terkait konsep, implementasi, dan tantangan ke depan. Kedua, konsep monetary policy terutama terkait dengan menjaga stabilitas eksternal. Ketiga, stabilitas sistem keuangan dan keempat bagaimana menavigasi tantangan ke depan.
Narasumber yang hadir merupakan prominent speakers dan revelant di bidangnya. Selain dari Bank Indonesia, narasumber berasal dari International Monetary Fund (IMF), Bank International Settlement (BIS), dan bank sentral dari beberapa negara yang relevan untuk memberikan sharing country experiences. *dik