Denpasar (bisnisbali.com) –Pertamina belum lama ini menyesuaikan tiga jenis harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidinya seperti Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex. Sementara untuk harga pertamax masih bertahan di level Rp12.500/liter dan pertalite masih Rp7.500 per liter.
Penyesuaian harga BBM umum atau nonpenugasan ini mengacu kepada Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62 K/12/MEM/2020. Tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui SPBU.
Menyikapi kondisi tersebut pemerhati ekonomi dari Undiknas University Agus Fredy Maradona, Ph.D., CA. di Denpasar lebih fokus membahas dari konsekuensi berkurangnya subsidi BBM. Terlebih adanya isu mengenai mahalnya harga BBM bagi masyarakat umum apabila penyaluran BBM bersubsidi semakin diketatkan.
Sebab seperti diketahui subsidi BBM sudah menjadi beban yang sangat berat bagi APBN sehingga pemerintah memutuskan untuk mengurangi, membatasi, dan bahkan pemerintah pernah menyampaikan akan meniadakan subsidi. “Apabila langkah ini diambil, maka tentunya harga BBM bagi masyarakat umum menjadi lebih tinggi,” paparnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apabila harga BBM di Indonesia terlalu tinggi bagi masyarakat umum sehingga tidak terjangkau, apakah masyarakat umum memiliki alternatif berupa transportasi umum yang aman, reliable, dan nyaman? Artinya bukan sekadar transportasi umum semata, namun transportasi umum yang memang mampu membuat masyarakat beralih dari transportasi pribadi ke moda transportasi umum. “Hal ini yang sesungguhnya sangat penting untuk diperhatikan,” katanya.
Tanpa insentif berupa ketersediaan sarana transportasi umum yang aman, reliable, dan nyaman, maka penggunaan kendaraan pribadi akan tetap tinggi, dan setiap kenaikan BBM akibat diberkurangnya subsidi akan sangat berdampak bagi aktivitas masyarakat.
Bagaimana soal subsidi BBM di tengah lonjakan harga minyak global?. Agus Fredy menyampaikan subsidi BBM pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang sangat problematis. Di satu, sisi subsidi BBM telah lama merupakan beban yang sangat besar bagi keuangan negara. Namun demikian, dalam situasi melonjaknya harga minyak dunia saat ini, apabila subsidi BBM tidak diberikan oleh pemerintah, maka harga BBM pastinya akan dirasakan sangat mahal oleh masyarakat.
Dalam situasi saat ini, menurutnya ada dua isu utama terkait dengan subsidi BBM. Yang pertama adalah bagaimana memastikan agar subsidi BBM ini benar-benar tepat sasaran, artinya benar-benar dirasakan oleh masyarakat yang memang berhak menerima subsidi BBM. Selama ini ditengarai bahwa masyarakat yang tergolong mampu pun turut merasakan subsidi BBM ini melalui harga BBM yang tergolong lebih rendah dari harga semestinya apabila mengikuti harga minyak dunia.
“Padahal, semestinya subsidi BBM hanya ditujukan bagi masyarakat kurang mampu ataupun para pelaku usaha mikro,” ucapnya.
Oleh karena itu, tantangan yang akan selalu ada adalah bagaimana pemerintah mampu membuat kebijakan untuk memastikan agar subsidi BBM ini tepat sasaran, yaitu benar-benar menyasar masyarakat yang tidak mampu. *dik