Denpasar (bisnisbali.com)-Tingginya harga bawang merah sejak beberapa pekan terakhir ini disinyalir akibat tidak maksimalnya hasil panen di sebagian besar wilayah. Hal ini diperkirakan pengaruh cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Wayan Jarta, saat dikonfirmasi, Selasa (12/7) mengatakan, panen bawang merah terganggu karena cuaca yang membuat hasil panen tidak sesuai. “Hampir di semua wilayah (gagal penen), mungkin karena pengaruh cuaca,” ujarnya.
Dari sisi distribusi, Jarta mengatakan, tingginya harga bawang terjadi merata di semua wilayah. Dengan itu, tidak bisa mengambil kebijakan pembelian antarpulau sebagai upaya menekan harga. “Di pertanian di hulu sepertinya akan mempercepat dan memperbanyak lagi untuk penanaman bawang,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, hingga berita ini diterbitkan belum bisa dikonfirmasi terkait kenaikan harga bawang yang cukup signifikan. Berdasarkan pantauan harga di Pasar Badung, harga bawang merah sempat mencapai Rp65.000 per kilogram yang saat ini sudah ada penurunan tipis menjadi Rp60.000 per kilogram. Harga ini diungkapkan oleh salah seorang pedagang bumbu dapur, Ni Wayan Wandri. Dibandingkan harga normal, kenaikan harga saat ini cukup signifikan. Pada kondisi normal, harga bawang merah mencapai Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram.
Tak hanya bawang merah, harga cabai rawit juga masih tinggi yang mencapai Rp85.000 per kilogram. Seakan tidak ada solusi, kenaikan harga sudah mulai terjadi pada akhir Mei lalu. Demikian cabai merah besar Rp75.000 hingga Rp80.000 per kilogram serta tomat mencapai Rp25.000 per kilogram. *wid