Denpasar (bisnisbali.com)-Dibukanya penerbangan internasional dan mulai meningkatnya jumlah penumpang tidak serta-merta membuat tingkat hunian (okupansi) hotel langsung melejit. Bahkan, tidak 100 persen kamar hotel bisa dioperasikan mengingat selama pandemi Covid-19 banyak yang rusak. Secara umum okupansi kamar hotel di Kota Denpasar telah mencapai 40 persen.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar Ida Bagus Gede Sidharta Putra saat dimintai konfirmasinya belum lama ini mengatakan, hampir semua hotel anggota PHRI Denpasar sudah mulai beroperasi. “Kalau secara umum, okupansi rata-rata hotel di Denpasar masih sekitar 40 persen,” terangnya.
Menurutnya, meskipun saat ini banyak agenda besar yang diselenggarakan di Bali, pasar di Pulau Dewata baru pulih sekitar 50 persen. Sementara prediksi pengisian musim libur pada Juli hingga Agustus sekitar 50 hingga 60 persen. Sebaran wisatawannya di wilayah Sanur didominasi oleh wisman asal Australia, sedangkan di wilayah Denpasar didominasi wisatawan domestik.
Gede Sidartha menambahkan, harga jual hotel atau sewa kamar hotel di Denpasar belum normal. Seperti sewa kamar di Griya Santrian, Sanur, masih ada pemotongan harga sekitar 35 hingga 40 persen.
Di Kota Denpasar ada sekitar 8.000 kamar hotel, namun diperkirakan kini totalnya sekitar setengah dari jumlah tersebut. Pihaknya belum mendapat konfirmasi atau mengecek lebih lanjut terkait berapa banyak hotel yang masih bertahan, bangkrut atau sedang diperbaiki setelah dua tahun mewabahnya pandemi Covid-19.
“Misalnya dari 138 kamar di Griya Santrian, 80 kamar tidak bisa dijual. Catnya melepuh, AC rusak, lampu mati. Tidak ada duit untuk beli (fasilitas kamar baru) dan perbaiki itu. Kalau dapat duit, perlahan kami perbaiki itu,” papar Gede Sidartha yang juga pemilik Griya Santrian. *wid