Kamis, Oktober 31, 2024
BerandaBaliTingkat Kematian PMK Rendah, Sapi Bali Lebih Kuat

Tingkat Kematian PMK Rendah, Sapi Bali Lebih Kuat

Tingkat kematian akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) rendah, meski angka kesakitan tinggi.

Denpasar (bisnisbali.com)-Tingkat kematian akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) rendah, meski angka kesakitan tinggi. Terlebih untuk sapi Bali karena lebih kuat dibandingkan sapi perah, sapi muda dan sapi impor.

Hal tersebut diungkapkan mantan penyidik penyakit hewan dan praktisi hewan kecil yang tinggal di Denpasar, drh. Soeharsono, DTVS, PhD. Dikatakannya, ciri khas PMK yakni angka kesakitannya tinggi bisa mencapai 90 hingga 100 persen, namun angka kematiannya sangat rendah yakni di bawah 1 persen. “Yang mati bisanya sapi muda, sapi perah, sapi rah dan impor. Itu yang sensitif. Kalau sapi Bali daya tahannya lebih kuat, sehingga tingkat kematiannya sangat rendah,” tegasnya, Selasa (5/7).

Meskipun tingkat kematian PMK sangat rendah, sangat berdampak pada peternak. Oleh karena berat badan sapi akan menyusut sehingga akan terjadi penurunan harga. Sementara untuk sapi perah akan menurunkan jumlah susu yang dihasilkan. Jika sembuh, jumlah susu yang dihasilkan tidak bisa kembali normal, bahkan untuk mencapai 50 persen pun sulit.

Menurutnya, penanganan yang paling bagus dilakukan agar tidak menyebar ke mana-mana yakni diam di tempat. Sebab, PMK tidak lama. Satu ekor mungkin penyakitnya berlangsung tujuh sampai 10 hari. “Tapi jangan langsung dilepas, tunggu satu bulan baru aman. Kalau ada yang terinfeksi bisa diberikan antibiotik pembunuh bakteri. Cukup seminggu akan bagus,” kata Soeharsono.

Cara paling efektif untuk pencegahannya yakni dengan memberikan vaksin kepada sapi yang masih sehat. Namun masalahnya, saat ini ketersediaan vaksin di Indonesia masih terbatas. Dia berharap Bali mendapat prioritas  karena potensi pariwisatanya, apalagi menjelang KTT G20.

Meski demikian, ia berpendapat PMK tidak berpengaruh terhadap KTT G20. “Saya harap jangan menakut-nakuti G20 dengan PMK. Tidak ada dampaknya. Wisatawan juga bisa datang ke Bali, apalagi pariwisata Bali baru mulai bangkit,” jelasnya.

Soeharsono juga menyebut dari sisi ilmiah. Dikatakannya, PMK bukan penyakit zoonosis, sehingga tidak menular dari hewan ke manusia. “Saya tahun 1983 dan 1985 menangani ratusan sapi di Jawa dan tidak tertular. Jadi, tidak usah takut PMK akan menular ke manusia,” imbuhnya. *wid

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer