Rabu, November 27, 2024
BerandaBaliTak Hanya Transaksi, PKB Ke-44 juga Jadi Ajang Edukasi  

Tak Hanya Transaksi, PKB Ke-44 juga Jadi Ajang Edukasi  

Setelah dua tahun tidak diadakan secara langsung, Pesta Kesenian Bali (PKB) akhirnya bisa membasuh kerinduan masyarakat di tahun ini.

Denpasar (bisnisbali.com)-Setelah dua tahun tidak diadakan secara langsung, Pesta Kesenian Bali (PKB) akhirnya bisa membasuh kerinduan masyarakat di tahun ini. Beragam seni pertujukan, kerajinan dan hasil karya seni lainnya kembali dapat dinikmati masyarakat dengan semarak.

Hal ini pun memberikan kegembiraan disertai harapan bagi para seniman, perajin dan pelaku UMKM di Bali. Bagaimana tidak pandemi Covid-19 yang telah meluluhlantahkan perekonomian Bali, kini mulai dipulihkan secara perlahan. PKB menjadi salah satu ajang yang turut andil dalam pemulihan tersebut.

Mulai dari perajin hingga pedagang kuliner mengakui hal tersebut. Ketua Kelompok Kerajinan Tenun Songket Jembrana dr. Luh Wayan Sriadi, saat ditemui di PKB ke-44 mengaku, PKB menjadi event yang mampu mendatangkan banyak orang. Event yang kembali diadakan secara langsung ini dikatakannya, dapat mendongkrak penjualan produknya. “Selain promosi, tentunya penjualan sangat terbantu. Event seperti ini sangat mendongkrak omzet kami. Cashflow bisa berputar lagi dan penenun juga bisa terus bekerja,” ungkapnya.

Pemilik stan kuliner dengan menu Lawar Kambing Evi Mariasni turut mengatakan hal yang sama. PKB menjadi ajang yang ditunggu-tunggu. Dia mengaku sangat senang karena bisa ikut serta dalam ajang tahunan ini. Hal ini dikarenakan lewat event ini, omzet yang didapat per harinya bisa berkali-kali lipat dari biasanya.

Dia menceritakan, dengan berjualan di PKB, omzet yang diperoleh bisa mencapai Rp6 juta hingga Rp7 juta per hari. Dia mengaku bisa menghabiskan 7 kilogram daging kambing dan 4 lembar kulit kambing per harinya. Berbeda saat berjualan sehari-hari di warung makan miliknya, hanya bisa menghabiskan 1 kilogram daging dalam sehari.

Demikian Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Wayan Jarta pun mengakui hal tersebut. Disinggung terkait target transaksi di PKB ke-44 ini, dia mengatakan hingga 14 hari berjalan, transaksi yang dicapai oleh pelaku UMKM Bali Bangkit hampir Rp4 miliar atau tepatnya Rp3,99 miliar.

Nilai tersebut telah mendekati target transaksi hingga akhir penyelenggaraan PKB (28 hari). “Sebelumnya, bersama Ibu Dekranasda (Ny. Putri Suastini Koster) menargetkan transaksi mencapai Rp4 miliar hingga Rp5 miliar hingga penutupan. Optimimislah kita, karena hampir semua tenant dapat transaksi,” ucapnya.

Dijelaskannya, keberadaan stan pada PKB tahun ini memang jauh berbeda. Pelaku pameran kali ini memang benar memajang produk lokal yang dibuat di Bali. Terhadap hal tersebut Jarta mengatakan, para perajin telah mengikuti kurasi yang terus berlangsung sepanjang tahun pada penyelenggaraan Pameran Bali Bangkit sebelumnya.

Kurasi yang dilakukan ini, ucap Jarta terus mengedukasi para pelaku UMKM atau perajin, baik dalam hal kualitas produk hingga harga. Perajin ditekankan untuk memberikan harga jujur kepada konsumen, tidak melebih-lebihkan. “Jadi berapa harga seharusnya, segitu dijual. Dengan demikian masyarakat tidak ragu lagi untuk berbelanja, karena harga yang ditawarkan masuk akal,” terangnya.

Dengan demikian, penyelenggaraan PKB ini juga menjadi ajang edukasi para pelaku UMKM termasuk perajin di dalamnya untuk berbenah menghasilkan produk berkualitas dengan harga yang sesuai. Di samping peserta pameran, PKB juga memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap nilai sebuah produk kerajinan, yang tidak sama dengan produk hasil dari mesin.

Seperti halnya kain tenun. PKB ke-44 memang secara riil memajang produk hasil karya masyarakat Bali, bukan produk tiruan ataupun buatan mesin, terutama untuk tenun. Disini para perajin mendapat kesempatan untuk menjelaskan kepada pengunjung terkait proses pengerjaan produk kerajinan tersebut yang memakan cukup banyak waktu untuk memberikan hasil terbaik.

Made Sudiana, salah seorang penenun asal Desa Tenganan, Karangasem saat ditemui di PKB ke-44 menceritakan, proses pembuatan Tenun Grisnging memakan waktu bertahun-tahun. Diproses secara alami menggunakan bahan alam.  “Terlebih untuk kain Ikat ganda prosesnya bisa sampai 5 tahun,” ungkapnya.

Kerumitan proses dan waktu yang dibutuhkan tersebut, membuat sangat pantalah jika kain Tenun Grisngsing bisa bernilai puluhan juta rupiah. Hal seperti ini yang perlu diketahui masyarakat, sehingga nilai yang ditawarkan dapat diterima. *wid

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer