Tabanan (bisnisbali.com)–Program Asuransi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan kuota bagi 200 orang nelayan di Kabupaten Tabanan. Hingga kini nama-nama nelayan tersebut belum terbit. Sebelumnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Tabanan mengusulkan sebanyak 633 orang nelayan sebagai calon peserta pada Februari 2022 lalu.
Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Dinas Kelautan dan Perikanan Tabanan Ni Ketut Sri Astini menyebutkan, sejak diusulkan hingga saat ini nama-nama nelayan yang lolos asuransi dari pemerintah pusat belum turun. ”Kami mengusulkan 633 orang sebagai calon peserta program asuransi nelayan dari pemerintah pusat. Kami tidak mengetahui penyebab belum turunnya nama-nama peserta yang disetujui,” ujarnya, Selasa (14/6).
Menurutnya, kabupaten sifatnya hanya menunggu keputusan dari pusat dan menindaklanjuti jika pemerintah pusat sudah menerbitkan nama-nama peserta program asuransi nelayan sesuai kuota yang tersedia.
Bercermin dari kondisi tersebut, untuk membantu sekaligus meringankan beban nelayan jika mengalami musibah dalam melakukan aktivitas melaut, Dinas Kelautan dan Perikanan Tabanan mengarahkan mereka untuk secara mandiri mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. “Jika mereka bisa masuk program yang sama di BPJS Ketenagakerjaan dengan pembayaran yang rendah, kenapa kami tidak ikutkan,” kilahnya.
Sampai sekarang baru beberapa nelayan di Kabupaten Tabanan yang ikut program asuransi dari BPJS Ketenagakerjaan. Pada April 2022 lalu sudah ada pembayaran klaim sekitar Rp42 juta karena nelayan peserta asuransi BPJS Ketenagakerjaan mengalami musibah.
Di sisi lain, Dinas Kelautan dan Perikanan Tabanan mencatat terjadi tren peningkatan Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan. Pada awal tahun 2022 terdapat 85 KUB nelayan. Jumlah itu kini sudah bertambah menjadi 88 KUB nelayan dengan rata-rata beranggotakan 10-12 orang. Secara total jumlah nelayan di Kabupaten Tabanan tercatat 1.247 orang saat ini.
“Peningkatan KUB kemungkinan disebabkan regenerasi dari turun-temurun yang sebelumnya merupakan seorang nelayan. Selain itu, mungkin karena lapangan pekerjaan yang menjanjikan, sehingga tertarik menjadi nelayan,” papar Sri Astini. *man