Tabanan (bisnisbali.com)–Harga cabai rawit yang dijual sejumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Tabanan mulai menurun menjadi Rp75.000 per kilogram dari posisi sebelumnya Rp100.000 per kilogram. Meski turun, harga terbaru salah satu bahan pangan ini belum menyentuh kondisi normal.
Hasil monitor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tabanan di sejumlah pasar tradisional mendapati harga sejumlah komoditas pasca-Hari Raya Galungan mulai menurun setelah sepekan lebih mengalami lonjakan. Salah satunya cabai rawit yang turun 25 persen dari posisi sebelumnya atau Rp100.000 per kilogram.
Hal yang sama juga terjadi pada kacang panjang yang turun menyentuh Rp6.000 dari posisi Rp10.000 per kilogram. Selanjutnya sawi putih turun menjadi Rp7.000 dari posisi Rp9.000 per kilogram dan kol turun menjadi Rp8.000 dari harga Rp10.000 per kilogram.
Selain adanya penurunan harga, Disperindag Tabanan juga menemukan sejumlah komoditas bahan pangan yang mengalami lonjakan. Bawang merah naik mencapai Rp40.000 dari posisi Rp35.000 per kilogram dan daging ayam ras meningkat menjadi Rp38.000 dari posisi Rp36.000 per kilogram.
Pengawas Perdagangan Ahli Muda Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan Nurhayati, Selasa (14/6), mengungkapkan penurunan harga bahan pangan terjadi secara bertahap. Contohnya harga cabai rawit merah. Jumat (10/6) lalu harga komoditas ini turun ke posisi Rp90.000 per kilogram dan awal pekan ini kembali bergerak turun.
Menurutnya, penurunan harga cabai rawit dipicu oleh berkurangnya permintaan pasar pasca-Hari Raya Galungan ditambah pasokan produksi dari petani cabai rawit ke pasar tradisional meningkat dibandingkan sebelumnya. Di sisi lain, meski harga cabai rawit turun, harga saat ini belum menyentuh posisi normal yang biasanya dibandrol di tingkat pedagang Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram. “Penyebab harga bahan pangan mengalami lonjakan mungkin karena pasokan berkurang dipicu oleh cuaca yang membuat terjadinya gagal panen,” jelasnya.
Sementara itu, I Ketut Aristana, salah satu petani cabai rawit di Desa Batunya, Kecamatan Baturiti, menyatakan penurunan harga cabai rawit sudah diperkirakan terjadi pasca-Hari Raya Galungan. Sebab, jumlah permintaan konsumen akan komoditas tersebut mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya, ditambah masuknya pasokan cabai rawit dari produksi petani di Buleleng, Lombok dan Jawa yang sangat berpengaruh pada harga jual di pasar lokal.
Ditambahkannya, saat ini budi daya cabai rawit di tingkat petani tidak murah. Sebab, petani dihadapkan pada makin mahalnya biaya produksi, khususnya pupuk dan obat-obatan dalam upaya menjaga kualitas dan volume produksi. Harga pupuk produksi pabrikan yang sebelumnya Rp55.000 per 5 kilogram kini naik hampir menyentuh Rp100.000. Mengacu mahalnya biaya produksi, maka harga cabai rawit bisa dibilang sudah menguntungkan petani jika berada di atas Rp50.000 per kilogram. *man